Catatan: Esai ini ditulis sekitar
tahun 2014/2015. Untuk mengenang,
makanya saya posting di sini. Sebenarnya ini tulisan gatau udah selesai apa
belum. Tapi ya mari unggah saja wkwk. Selamat membaca :)
Emansipasi. Siapa yang tak mengenal
kata tersebut? Banyak masyarakat awam yang mengenal emansipasi sebagai sebuah
gerakan untuk memperbaiki bahkan menuntut hak-hak yang seharusnya dimiliki.
Namun, banyak pula yang menganggap bahwa emansipasi hanyalah sebuah gerakan
“memberontak”. Terutama bagi kaum wanita.
Seperti yang kita ketahui, wanita
merupakan makhluk mulia dengan derajat tiga kali lebih tinggi dari pada pria.
Wanita juga merupakan insan yang telah melahirkan manusia-manusia lainnya.
Hakikat wanita pun sangat sederhana. Melahirkan, menyusui, merawat rumah
tangga, sangat sederhana. Namun di balik kesederhanaan itu semua, penulis yakin
bahwa setiap manusia yang memijakkan kaki di bumi ini pasti memiliki mimpi.
Begitupun dengan wanita.
Mungkin, mereka terlihat betah
duduk di dapur dengan sebaskom beras dan lauk pauknya. Namun, apakah tidak ada
dalam diri wanita tersebut sebuah keinginan?
Ada sebuah teori yang menyatakan
bahwa keluarga yang harmonis adalah keluarga yang terdiri dari ayah yang
bekerja, ibu rumah tangga yang pintar memasak, dan anak-anak yang pintar.
Tetapi apakah teori tersebut masih berlaku ketika salah satu elemen yang ada di
dalamnya rusak?
Sebagai contoh, ketika seorang
ayah tidak bekerja, apakah ibu masih bisa memasak? Apakah anak-anak masih bisa
mengenyam bangku pendidikan demi mendapat gelar pintar?
Jawabannya, tidak. Ketika sebuah
komponen rusak, maka komponen yang lain pun akan terusik, atau bahkan mungkin
ikut rusak. Saat hal kritis ini terjadi, sudah sepatutnya bukan bagi seorang
wanita untuk bangkit dan memperbaiki dinding yang rusak itu? Namun sekeras apa
pun wanita mencoba, secerdas apa pun dia, jika tidak didukung dari belakang
maka semua itu akan berakhir sia-sia.
Di sinilah peran keluarga
dibutuhkan. Saat istri, atau bahkan anak gadis Anda memiliki cita-cita,
dukunglah ia, berilah motivasi sehingga cita-cita itu bisa digapai tanpa adanya
penyesalan. Jangan mengekang wanita dengan dalih “Pekerjaan ini untuk
laki-laki”. Padahal jika dikerjakan oleh kaum perempuan pun tidak akan ada
bedanya. Terlalu mengelompokkan sesuatu, kemungkinan hanya akan berujung kepada
perseteruan.
Maka dari itu, mari bersama-sama
mewujudkan emansipasi itu. Bukan hanya untuk meningkatkan derajat wanita, tapi
juga untuk menjadikan wanita sebagai pribadi serba bisa dan dapat diandalkan.
Jangan menjadikan embel-embel emansipasi hanya kebohongan belaka. Jika zaman
bisa berubah, maka emansipasi pun harus semakin berkembang.
0 komentar:
Posting Komentar