Minggu, 18 Juli 2021

Cerpen : BUNDA

 Tidak pernah terlintas dalam pikiran Ratih, jika merantau ke tanah seberang akan membawanya dalam malapetaka. Niat suci untuk menuntut ilmu dan menjadi kebanggaan warga desa, kini luntur karena sebuah benda kecil di genggamannya.


Dua garis merah. Dan itu cukup untuk menghancurkan hidupnya beberapa tahun ke depan.


"Aku hamil," ucapnya kala itu.


Hanya delikan tajam yang ia dapat sebagai respon. Tak ada simpati sedikit pun di mata kekasihnya. Malah, lelaki pemilik darah campuran itu mendengus sebelum dengan entengnya menjawab, "Nanti gue beliin obat buat aborsi."


Bukan kalimat itu yang Ratih ingin dengar. Sudah cukup ia termakan janji palsu yang diutarakan Dias. Sudah cukup ia terjebak dalam hubungan tak sehat seperti ini. Dan sekarang laki-laki itu malah menyuruh Ratih untuk membunuh bayinya sendiri?


Sudah gila. Tentu saja Ratih menolak. Dosa yang ia tumpuk mungkin sudah melebihi puncak gunung. Dia tidak berniat menambahnya dengan membunuh janinnya sendiri. Jika kekasihnya tidak mau bertanggung jawab, maka jalan satu-satunya adalah menghubungi orangtua Dias.


Namun ia tidak pernah tahu jika penolakan dari sebuah keluarga akan sangat menyakitkan. Orangtua Dias menolaknya mentah-mentah. Dan lelaki itu menjauh, bertindak seolah hubungan di antara mereka tidak pernah terjadi. Beberapa kali Ratih melihatnya menggandeng perempuan baru. Dan ketika Ratih mengamuk, Dias malah mengusirnya bagaikan benalu.


Putus asa, Ratih teringat perkataan Dias. Ia mencoba melenyapkannya. Berolahraga berlebihan, menenggak beberapa botol alkohol, bahkan memakan buah yang mitosnya dapat menggugurkan kandungan. 


Sayangnya, perut Ratih makin membesar. Cibiran dari setiap sudut bisa ia dengar. Makian dari penghuni kost tak bisa dihindari. Bahkan ia mendapat hadiah dari kampus yang menyatakan bahwa ia telah didepak.


Adakah bagian kecil di dunia ini yang masih mau menerima dirinya? Jika tidak, maka lebih baik ia mati saja.


"Jangan khawatir. Kalau ada apa-apa, aku janji bakal nikahin kamu."


Pembual ulung. Perkataan Dias kala itu masih terngiang di telinganya. Seharusnya ia tidak boleh terjerat dalam rayuan Dias sejak awal. Tapi semuanya sudah terjadi. Dan itu membuat ia semakin frustrasi.


Seutas tali tambang sudah mengalung indah di sekitar lehernya. Sudah diputuskan, ia akan mati hari ini. Kala kakinya hendak menendang satu-satunya tumpuan, tiba-tiba dering ponsel di ruangan itu terdengar.


Dengan berat hati, Ratih turun dari kursi dan menggapai benda itu. Mungkin ia akan menangguhkan waktu kematiannya beberapa menit ke depan. Saat melihat layar ponsel, beberapa pesan dan panggilan tak terjawab muncul di sana. Penasaran, akhirnya ia membuka kotak pesan sambil berurai air mata.



"Nak, Bunda sudah dengar kabar dari salah satu temenmu. Jangan sedih, jangan nangis. Besok Bunda bakal jemput kamu. Jangan mikir aneh-aneh ya, Sayang? Inget, Ratih masih punya Bunda di sini."



Sesak di dada tak terelakkan. Derasnya air mata tak bisa ia sanggah. Diam-diam ia merasa bersyukur karena masih ada orang yang mau menerimanya.


Bunda .... Berkali-kali ia menggumamkan panggilan itu. Sebersit rasa bersalah menyelimuti hati Ratih. Orang yang selama ini tak pernah ia anggap ada, malah menjadi satu-satunya tujuan untuk ia kembali. 


Ratih kembali membaca pesan tersebut untuk kemudian tenggelam dalam tangis.


"Nak, darah kita boleh tidak sama. Tapi sampai kapan pun, kamu akan tetap jadi putri kesayangannya Bunda."




note : cerita ini sempat diikutsertakan dalam kompetisi menulis Koru.

Rabu, 14 Juli 2021

Rekomendasi Film Horor Thailand ft. NICK KUNATIP

 



Gak kerasa banget udah bulan Juli aja. Akhir-akhir ini cuaca sering gak menentu. Banyak yang tiba-tiba kena flu dan penyakit lainnya. Semoga kalian baik-baik aja dan tetap diberi kesehatan yaa^^

Bicara soal film, aku mau sedikit flashback ke beberapa tahun yang lalu ketika movie series ini booming banget. Dulu sampe nge-hype bareng temen dan dibikin ngakak abis. Mau tau film apa aja? Yuk simak sampe bawah!

1.      Make Me Shudder (2013)

Salah satu film Thailand yang mengusung genre horor-komedi ini wajib banget ditonton apa lagi kalau ada acara nobar bareng temen. Meskipun film lama, nyatanya akting para aktor berhasil memikat hati penonton dan membekas sampai sekarang. Bercerita tentang beberapa anak remaja yang gemar memburu kisah-kisah misteri, sampai akhirnya mereka harus terjebak ke masa lalu dan berhadapan dengan hantu guru sekolah. Tiga tokoh utama dalam film ini yaitu, Nick, James, dan Biew.

Untuk hantunya sendiri, dari segi visual itu emang gak diragukan lagi sih ya. Thailand emang terkenal sama hantu-hantunya yang serem. Untuk ceritanya sendiri lebih banyakan komedi menurutku, jadi lumayan bikin ngakak terus.

 

2.      Make Me Shudder (2014)

Ini adalah series kedua dari film Make Me Shudder yang pertama. Tiga tokoh utamanya masih sama. Namun ada penambahan karakter, gengs. Kalau di sini, diceritakan bahwa mereka baru dapet rapor. Dan ada kabar burung, kalau misalnya mereka berdoa ke kuil Mae Nak, maka permintaan mereka akan dikabulkan. Karena anak-anak remaja ini pengen banget lulus, makanya mereka nekat buat berdoa ke sana.

Tapi dasarnya karaker si Nick ini emang sesumbar, akhirnya mereka pun terjebak ke sebuah desa yang di situ ada sosok Mae Nak-nya. Selama berada di sana, para remaja ini diberi tugas oleh Mae Nak untuk mencari sosok suaminya yang bernama Mak di medan perang.

Mak berhasil ditemukan dan bisa kembali kepada Mae Nak beserta bayi mereka. Namun satu persatu misteri mulai terkuak.

Untuk sekuel yang kedua ini, jujur humornya gak terlalu dapet kayak yang pertama. Meskipun para remaja penampilannya harus diubah nyesuain kayak jaman dulu, tapi film pertama lebih kena di hati gue wkwk.

 

3.      Make Me Shudder (2015)

Gimana jadinya kalau film horor dipadukan dengan bencana alam? Rasanya beuh, mantap!

Di film Make Me Shudder yang ketiga ini, Nick, James, Biew dan kawan-kawan yang lain berencana liburan ke pantai Phuket. Nahas, niatnya mau senang-senang tapi malah bertemu dengan tsunami. Mereka terbawa arus dan tenggelam. Tapi ternyata, itu hanyalah mimpinya Nick. Mereka terbangun di sebuah gedung rusak yang sudah terbengkalai. Di tempat itu, mereka menemukan banyak mayat dan puluhan zombie yang mengerikan.

Untuk series yang ketiga ini, jujur gue amaze banget sama apa sih namanya? Visualisasi, ya? Pokoknya pas scene terjadi tsunami itu, gue sampe tahan napas dan langsung inget dosa :( serem banget sih. Di sini juga kelihatan banget gimana tim produksi berusaha keras supaya bikin hasil dari film ini gak mengecewakan. Mereka juga nyewa berapa orang tuh buat jadi zombie? Banyak banget!

Cuman, gue kurang paham sama jalan ceritanya. Jadi ini teori yang bener tuh mereka tersesat dulu baru kena tsunami, atau kena tsunami dan ketemu zombie-zombie itu cuma mimpi? Sampai sekarang gue belum paham wkwk. Untuk endingnya sendiri, plot twist. Ngeselin banget, sedih, tapi pengen ngakak juga wkwkwk.

 

BONUS:

·        Dangerous Boys




Karena Nick Kunatip gak luput dari ketiga film di atas, ada juga nih satu film yang berhasil bikin ngakak! Yup, Dangerous Boys!

Bercerita tentang dua kelompok anak sekolahan yang hobi tawuran. Para pemain di film Make Me Shudder main lagi di film ini. Bedanya, Nick, James, dan Biew yang biasa bareng-bareng dan nempel terus, bakalan jadi rival di Dangerous Boys.

Di sini Nick ganteng banget asli, karismanya juga keluar karena mungkin jalan ceritanya lebih serius. Humornya tetep dapet dan bikin ngakak, terus di sini fokus sama permusuhan dan kisah cinta ala-ala zaman sekolah. Kalau kalian lagi galau dan butuh moodbooster, nonton film ini adalah salah satu obatnya!


Esai : KEBOHONGAN EMANSIPASI

 

Catatan: Esai ini ditulis sekitar tahun 2014/2015.  Untuk mengenang, makanya saya posting di sini. Sebenarnya ini tulisan gatau udah selesai apa belum. Tapi ya mari unggah saja wkwk. Selamat membaca :)

 

Emansipasi. Siapa yang tak mengenal kata tersebut? Banyak masyarakat awam yang mengenal emansipasi sebagai sebuah gerakan untuk memperbaiki bahkan menuntut hak-hak yang seharusnya dimiliki. Namun, banyak pula yang menganggap bahwa emansipasi hanyalah sebuah gerakan “memberontak”. Terutama bagi kaum wanita.

Seperti yang kita ketahui, wanita merupakan makhluk mulia dengan derajat tiga kali lebih tinggi dari pada pria. Wanita juga merupakan insan yang telah melahirkan manusia-manusia lainnya. Hakikat wanita pun sangat sederhana. Melahirkan, menyusui, merawat rumah tangga, sangat sederhana. Namun di balik kesederhanaan itu semua, penulis yakin bahwa setiap manusia yang memijakkan kaki di bumi ini pasti memiliki mimpi. Begitupun dengan wanita.

Mungkin, mereka terlihat betah duduk di dapur dengan sebaskom beras dan lauk pauknya. Namun, apakah tidak ada dalam diri wanita tersebut sebuah keinginan?

Ada sebuah teori yang menyatakan bahwa keluarga yang harmonis adalah keluarga yang terdiri dari ayah yang bekerja, ibu rumah tangga yang pintar memasak, dan anak-anak yang pintar. Tetapi apakah teori tersebut masih berlaku ketika salah satu elemen yang ada di dalamnya rusak?

Sebagai contoh, ketika seorang ayah tidak bekerja, apakah ibu masih bisa memasak? Apakah anak-anak masih bisa mengenyam bangku pendidikan demi mendapat gelar pintar?

Jawabannya, tidak. Ketika sebuah komponen rusak, maka komponen yang lain pun akan terusik, atau bahkan mungkin ikut rusak. Saat hal kritis ini terjadi, sudah sepatutnya bukan bagi seorang wanita untuk bangkit dan memperbaiki dinding yang rusak itu? Namun sekeras apa pun wanita mencoba, secerdas apa pun dia, jika tidak didukung dari belakang maka semua itu akan berakhir sia-sia.

Di sinilah peran keluarga dibutuhkan. Saat istri, atau bahkan anak gadis Anda memiliki cita-cita, dukunglah ia, berilah motivasi sehingga cita-cita itu bisa digapai tanpa adanya penyesalan. Jangan mengekang wanita dengan dalih “Pekerjaan ini untuk laki-laki”. Padahal jika dikerjakan oleh kaum perempuan pun tidak akan ada bedanya. Terlalu mengelompokkan sesuatu, kemungkinan hanya akan berujung kepada perseteruan.

Maka dari itu, mari bersama-sama mewujudkan emansipasi itu. Bukan hanya untuk meningkatkan derajat wanita, tapi juga untuk menjadikan wanita sebagai pribadi serba bisa dan dapat diandalkan. Jangan menjadikan embel-embel emansipasi hanya kebohongan belaka. Jika zaman bisa berubah, maka emansipasi pun harus semakin berkembang.

 
©Suzanne Woolcott sw3740 Tema diseñado por: compartidisimo