Rabu, 19 Agustus 2015

FF Jikook BTS Still Dancing Part 5



Prev>>“Saranghae Jimin-ah!” ulang Jungkook lagi, kali ini lebih tegas dan... berperasaan?
Dan seketika itu juga, Jimin langsung terbatuk-batuk dan langsung ngibrit dari hadapan mereka.
“Ugh... Haruskah aku melaundry mulutku?” gumam Jungkook saat Jimin sudah menjauh. Sementara Hoseok dan Tae mati-matian menahan tawa mereka.
#Flashback End<<

.
“Hahahahahaha....” tawa Hoseok dan Taehyung meledak di ruangan tersebut. Dan kali ini Yoongi juga ikut mengiringi tawa mereka dengan keahlian Rappnya/?
“Ish... Stop it!” teriak Jungkook.
“Haha, ekspresi namja itu benar-benar lucu!” ungkap Hoseok cekikikkan.
“Aku yakin dia akan membalas cintamu, Kook!” timpal Taehyung.
Kedua telapak tangan Jungkook sudah terkepal. Ingin sekali ia menonjok satu per satu wajah hyungdeulnya itu. Tapi kalau ia melakukannya, sudah pasti ia akan dikeluarkan dari masa trainee dan gak akan jadi debut. Jungkook sudah berjuang mati-matian untuk impiannya ini. Masa impiannya harus hancur gegara tingkah konyol hyungdeulnya? Andwae! Jungkook akan bersikap dewasa. Ia akan menahan amarahnya!
“Yak, jadi kalian mengerjai Park Jimin eoh?” tanya Yoongi yang tawanya sudah mereda.
“Ne, kau kenal dengan anak itu?” tanya Hoseok masih cekikikkan.
“Tentu saja. Dia bergabung dalam klub basket. Aku rasa dia anak yang baik,” tutur Yoongi. “Malah dia kebingungan saat Jungkook memanggilku dengan nama Suga.”
“Wah? Benarkah itu Jungkook? Kau bertemu dengan anak itu lagi?” tanya Tae lebay.
“Mm,” angguk Jungkook.
“Apa dia jatuh cinta padamu setelah kejadian itu?” goda Hoseok.
“Yak! Mana mungkin!” sergah Jungkook yang berhasil mengundang tawa para hyungnya. Namja yang paling muda di antara mereka itu pun langsung bangkit dan masuk ke kamarnya dengan wajah tertekuk. Dan jangan lupakan suara “BRAKK!” saat Jungkook menutup pintu kamarnya.
“Yak, kalian harus berhenti mengerjai uri maknae,” ujar Yoongi terkekeh.
“Haha... aku sangat suka melihat Jungkook dengan pouty facenya. Dia sangat lucu! Neomu kyeopta..^^” ujar Hoseok riang.
“Aigo~ Jungkook itu hanya milikku, tau!” ucap Tae asal.
“Mwoya... dia milikku!” bantah Yoongi.
“Ani~ dia dongsaeng kesayanganku!” timpal Hoseok. Ya, mereka terus melakukan hal tersebut hingga mereka terlelap di ruang TV :v
***
Keesokan harinya...
@Jam istirahat sekolah-kantin
Seperti biasa, Yeon Hee akan memesan semangkuk baso aci buatan Mbok kantin dan duduk di pojokan. Tapi bedanya, kali ini ia ditemani oleh Jungkook. Soalnya, saat Yeon Hee keluar kelas tadi, Jungkook sudah ada di depan kelasnya sembari memasang wajah innocent miliknya. Ya, sebenarnya Yeon Hee malas juga untuk bertemu dengan berondong itu. Tapi ia harus bagaimana lagi. Jungkook juga bilang ke Yeon Hee bahwa hari ini biar Jungkook yang neraktir Yeon Hee jajan. Otomatis Yeon Hee langsung nerima, dong. Kan lumayan bisa makan gratis. Sayang kalau ditolak.
Jungkook duduk berhadapan dengan Yeon Hee di meja kantin paling pojok. Namja itu hanya memesan minuman. Ya, maklumlah, Jungkook kan harus menjaga berat badannya. Lagipula, bekalnya kali ini harus ia bagi kepada Yeon Hee. Tapi selama itu bisa membuat Jungkook dekat dengan gebetannya, apa pun akan Jungkook lakukan.
“Noona, makannya pelan-pelan, dong,” ujar Jungkook lembut. “Lihat, jadi belepotan, kan?” Yeon Hee hanya menunjukkan deretan giginya lalu kembali mengunyah makanannya. Sementara Jungkook, ia mengeluarkan sebuah saputangan dari saku blezernya. Niatnya sih Jungkook mau romantis-romantisan kayak di drama-drama itu tuh... dan alhasil...
Grep! “Jauhkan tanganmu!” tiba-tiba Jimin datang dan langsung menghempaskan tangan Jungkook yang hendak menyeka sudut bibir Yeon Hee yang belepotan. Namja itu mendengus kesal. ‘Ah, benar-benar perusak!’ batin Jungkook.
“Jimin-ah, waeyo? Kau kelihatan lesu hari ini,” tanya Yeon Hee.
‘Chh... Bahkan Yeon Hee noona lebih perhatian dengan Jimin.’ Jungkook ngebatin.
“Aniyo... Aku hanya badmood saja saat melihat noona duduk dengan anak ingusan ini.”
Pletak!! Yeon Hee memukul kepala Jimin dengan sendoknya. “Tak bisakah kau menjaga ucapanmu, eoh?”
“Gwaenchana, noona. Mungkin Jimin hyung hanya ingin bercanda,” ujar Jungkook mencairkan ketegangan. Jimin hanya mendelik sebal. “Sejak kapan aku jadi hyungmu, eoh?” tanyanya ketus.
“Jimin-ah, daripada kau mengganggu makan siangku lebih baik kau pergi!” titah Yeon Hee.
“Shirreo! Aku akan di sini untuk melindungi noona dari dia!”
‘Ch... dasar namja bantet!’ pekik Jungkook dalam hati.
“Mianhe Jungkook-ah, dia memang seperti anak kecil,” tutur Yeon Hee.
“Gwaenchana noona,” jawab Jungkook sambil tersenyum yang disambut oleh cibiran dari Jimin.
“Jungkook-ah!” Jungkook menolehkan kepalanya saat seseorang menyeru. Ternyata Hoseok dan Tae hyung! Ah, firasat Jungkook langsung buruk saat ini.
“Kau tidak akan bergabung dengan kami, eoh?” tanya Tae dengan sepiring makanan yang ia bawa.
“Sudahlah, Tae, biarkan ia duduk bersama orang yang ia cintai,” ujar Hoseok.
‘Tuh, kan, mulut ember!’ Jungkook ngebatin lagi.
‘Mwo? Orang yang ia cintai? Jangan-jangan... aish, ada apa dengan otakku? Dan kenapa pipiku memanas, eoh?’ kali ini Jimin yang ngebatin.
“Kalau begitu, aku pergi dulu, noona. Aku jadi tidak enak dengan hyungdeulku,” kata Jungkook sambil tersenyum. Ia bangkit dari duduknya dan melakukan bow. Kemudian ia beranjak untuk menyusul Tae dan Hoseok hyung yang duduk di pojokan yang lainnya.
“Eh tunggu!” cegah Yeon Hee. Dag dig dug ser... Jungkook jadi kegeeran, kan, pas dipanggil kayak gitu. ‘Ah, apakah Yeon Hee noona tak mau  aku pergi?’ batin Jungkook sambil mesam-mesem. Jungkook pun kembali membalikkan badannya ke arah Yeon Hee. “Ne, noona?” tanyanya.
“Keugeu, ini kau yang bayar, kan?” Yeon Hee menunjuk mangkuk baso acinya.
PRANG!! Dan saat itu juga, dunia Jungkook seakan hancur. Yeon Hee memanggilnya hanya karena semangkuk baso aci? Ah, persetan dengan makanan itu!
“Huh? N-ne, aku yang membayarnya,” ucap Jungkook akhirnya sambil memaksakan seulas senyum. “Kalau begitu, annyeong noona~”
“Ne, gomawo!” jawab Yeon Hee riang. Ia melirik ke arah Jimin yang duduk di sebelahnya. “Jimin-ah, kenapa wajahmu pucat?”
“N-ne? Ah, benarkah?” jawab Jimin gelagapan.
Yeon Hee mengangguk. “Apa kau belum makan?”
“Aku tidak apa-apa kok, noona. Aku hanya... ah, aku hanya harus ke toilet. Annyeong~”
Jimin langsung bangkit dan berlari meninggalkan Yeon Hee sendirian.
“Ada apa dengan anak itu?” gumam Yeon Hee.
***
#Jimin POV
 Aih, ada apa denganku? Kenapa aku jadi seperti ini? Apakah aku sudah gila? Apa aku tidak waras? Oh eomma, tolonglah anakmu ini eomma...
Aku benar-benar tidak mengerti dengan apa yang aku alami. Lebih tepatnya, apa yang aku rasakan. Semenjak Jungkook mengatakan kalimat sakral itu, semenjak aku berpikiran bahwa dia seorang yaoi, hidupku seolah berevolusi menjadi dunia yang diselimuti oleh kegelapan. Ah, aku benar-benar bisa gila kalau terus begini. Dan saat di kantin tadi, apa maksudnya dengan, ‘Sudahlah, Tae, biarkan ia duduk bersama orang yang ia cintai...’? Kata-katanya sangat ambigu.
Aku ingat dengan namja yang mengatakan hal itu. Waktu itu dia juga ada di taman saat Jungkook mengatakan kata-kata sakralnya padaku. Kalau tidak salah, dia anak kelas tiga. Ya, seangkatan dengan Yeon Hee noona. Hanya saja mereka berbeda kelas. Dan namja yang disebut Tae, tentu aku pernah melihatnya karena kelasnya bersebelahan dengan kelasku. Dia anak yang petakilan, usil, gak bisa diem, pokoknya semua kelakuannya absurd! Tapi dia cukup terkenal di kalangan yeoja. Pasalnya, meskipun ia sering bertingkah aneh, wajahnya tetap akan terlihat tampan(ya.. itu sih kata para yeoja).
Dan Jungkook.... argh! Kenapa wajah anak ingusan itu terus menghantuiku, sih? Haruskah aku membenturkan kepalaku ke tembok agar aku bisa hilang ingatan?
Deg! Seseorang masuk ke toilet. Aku kembali tersadar dari lamunanku dan segera membasuh wajahku lagi dengan air dari keran wastafel. Sejenak aku melihat bayanganku di cermin. Dan betapa terkejutnya aku ketika mendengar suara...
“Annyeong Jimin hyung!”
Jungkook! Aku meliriknya lewat cermin. Ia mencuci tangannya di wastafel sebelahku lalu ia tersenyum. Oh Tuhan, dia tersenyum!
“A-annyeong,” jawabku pelan. Aku tak tahu kenapa aku jadi seperti ini. Mengingat kecurigaanku pada Jungkook, secara tidak langsung membuatku takut padanya. Dan ada satu hal lagi yang membuat perasaanku tak enak. ‘Kenapa dia bisa seramah itu? Padahal aku belum sempat meminta maaf karena waktu itu pernah meninju hidungnya.’
“Jeon Jungkook...” Ketika ia hendak keluar lagi dari toilet, entah kenapa mulutku memanggil namanya begitu saja. Namja itu langsung memutar badannya ke arahku. Matanya yang bening membulat dengan sempurna. Dan raut wajahnya... raut wajahnya...
“Ne hyung?” tanya Jungkook heran. Alis matanya berkerut samar.
Aku langsung tersadar dari lamunanku dan segera memalingkan tatapanku ke cermin lagi. “Mianhae~” ujarku asal. Ah, aku benar-benar tidak tahu apa yang harus aku katakan.
“Mianhae untuk apa hyung?” tanya Jungkook dengan muka polosnya. Ah, neomu gwiyeom... Apakah ia selalu memasang ekspresi seperti itu kepada semua orang?
“Karena waktu itu aku memukulmu,” ujarku akhirnya, mencoba bersikap secuek mungkin.
“Ah.. Gwaenchana, hyung. Lagipula hidungku tidak cedera.”
Hening sesaat...
“Kalau begitu, aku pergi dulu, hyung.”
“Tunggu!” cegahku. Aku memberanikan diri untuk menatap manik milik Jungkook. Yah, berlagak se-manly mungkin lah. “Apa kau benar-benar mencintai Yeon Hee noona?” tanyaku dingin.
Jungkook terlihat berpikir sejenak, kemudian ia mengangguk yakin. “Apakah aku tidak boleh mencintainya?” tanyanya, lagi-lagi dengan wajah polos. Rrrr...
“Ani~ Semua orang punya hak untuk itu...” Apa yang sedang kau katakan Park Jimin? Kau mendukung Jungkook untuk mendapatkan cinta Yeon Hee? Andwae! Kenapa mulutku bisa berbicara seperti itu, sih?
“Hyung sendiri, apa hyung mencintai Yeon Hee noona?”
Aku menelan saliva. Sejenak memejamkan mata. “Ne~” jawabku. “Tapi aku tak pernah berani untuk menyatakannya.”
Kami terdiam sesaat. Aku melihat Jungkook sempat membulatkan matanya lagi.
“Kenapa, hyung? Jika hyung menyatakan cinta lebih dulu, mungkin aku tidak akan mengejar Yeon Hee noona,” tuturnya. Sejenak hatiku tersentuh. Aku tahu apa maksud dari perkataannya. Ya, hal itu mungkin saja terjadi, kan? Jika dari dulu aku menembak Yeon Hee noona, mungkin noona akan menjadi pacarku. Dan dengan begitu, tak akan ada lagi laki-laki lain yang mengganggu noona, termasuk Jungkook.
“Kami sudah bersama-sama selama dua tahun,” ujarku. “Dan aku rasa, Yeon Hee noona tidak menyukaiku.” Jungkook hanya terdiam saat aku mengucapkan itu. Ia memasang wajah antusiasnya yang membuatku terpaksa harus meneruskan curhatan ini. “Kami sering jalan-jalan bersama, makan bersama, malah aku pernah menginap di rumah noona. Tapi, aku tidak mendapatkan apapun atas perjuanganku itu. Dia selalu mengatakan bahwa aku adalah dongsaeng yang sangat lucu. Itu berarti, dia hanya memandangku sebagai adiknya, bukan sebagai namja.”
“Aku...”
“Jika kau benar-benar mencintainya, berjuanglah! Dan aku akan mengusik setiap gerak-gerikmu terhadap noonaku. Kau tahu, kau harus melangkahi mayatku dulu sebelum bisa mendapatkan Yeon Hee noona. Karena aku adalah dongsaengnya.” Akhirnya, aku mengakhiri pembicaraan itu dengan berat hati. Aku menepuk-nepuk bahu Jungkook lalu beranjak dari toilet. Ya... aku rasa ini adalah akhir dari perjuanganku untuk mendapatkan noona. Aku terlalu ciut untuk mengungkapkan semuanya.
Selama berjalan di koridor, aku menatap layar ponselku lalu mengetikkan beberapa kata.
‘Noona, saranghae’~Jimin.
Tak lama, sebuah balasan dari Yeon Hee noona membuat layar ponselku berkedip.
‘Aku juga sangat mencintai dongsaengku^^...’~My Noona.
***
#Jungkook POV @Dorm BigHit Ent.
Aku menghempaskan diri di kasur. Hari ini sangat melelahkan. Apalagi tadi aku terkena hukuman untuk membersihkan perpustakaan karena aku terlambat masuk ke kelas saat jam istirahat telah selesai. Alhasil, Lee Seonsaengnim pun memarahiku habis-habisan. Huh.. benar-benar guru killer!
Aku baru ingat bahwa hari ini aku dan hyungdeul tidak ada jadwal latihan. Setelah menunggu sekitar dua tahun lamanya, kami belum debut-debut juga. PD-nim bilang kami harus mendapatkan satu anggota lagi agar kami bisa debut. Tapi masalahnya, tak ada namja yang masuk ke agensi kami. Hhh, aku rasa aku dan hyungdeul akan berakhir di tong sampah jika tak ada trainee yang masuk lagi.
Dorm sangat sepi hari ini. Sepulang sekolah tadi, Hoseok, Tae dan Suga hyung mengajakku untuk jalan-jalan ke pusat perbelanjaan Myeondeong. Tapi sayangnya, seperti yang telah aku katakan tadi, aku terkena hukuman dan harus jamuran di perpustakaan. Akhirnya mereka meninggalkanku begitu saja. Sedangkan Jin dan Namjoon hyung pasti sedang bekerja. Ah, aku benar-benar bosan!
Aku langsung meraih ponselku. Tiba-tiba saja aku ingin menghubungi Yeon Hee noona. Tapi, baru saja aku menekan ikon pesan, perkataan Jimin hyung tiba-tiba saja terngiang di kepalaku.
‘Jika kau benar-benar mencintainya, berjuanglah! Dan aku akan mengusik setiap gerak-gerikmu terhadap noonaku. Kau tahu, kau harus melangkahi mayatku dulu sebelum bisa mendapatkan Yeon Hee noona. Karena aku... adalah dongsaengnya...’
Park Jimin. Hhh, namja itu benar. Aku harus memperjuangkan perasaanku kepada Yeon Hee noona. Tapi, apakah aku benar-benar harus menyatakannya lagi? Sedangkan Yeon Hee noona tak pernah menjawab pernyataan cintaku. Dan itu semua gara-gara Park Jimin!
Ya, mungkin aku harus mengusahakannya lagi. Karena jika aku tidak memperjuangkannya, aku tidak akan pernah tahu bagaimana perasaan Yeon Hee noona terhadapku. Baiklah, aku akan melakukannya!
#Author POV
Jungkook langsung mengetikkan sebuah pesan dan langsung mengirimkannya kepada Lee Yeon Hee. Tekadnya sudah bulat. Ia tidak mau berakhir seperti Park Jimin yang tak pernah mengungkapkan perasaannya terhadap orang yang ia cintai.
‘Noona, maukah kau jalan-jalan denganku malam ini? Ke sungai Han..’~Jungkook.
Ponsel Jungkook bergetar. Sebuah balasan. ‘Molla. Memangnya kau sangat ingin ke sana? Apa tidak ada teman lain yang bisa kau ajak?’~YeonHee Noona.
‘Tidak ada. Hyungdeulku sibuk semua. Kali ini temani aku ya noona... Jebalyoo L aku akan meneraktirmu es krim^^..’~Jungkook.
‘Chh... Kau selalu bersikap seperti itu. Baiklah.’~Yeon Hee Noona.
‘Datanglah jam tujuh ne?^^’~Jungkook.
‘Arra...’~YeonHee Noona.
Jungkook meletakkan ponselnya di meja nakas di samping tempat tidurnya. Ini baru jam lima sore. Kalau begitu, ia akan tidur sebentar lalu bersiap-siap untuk menemui noonanya nanti malam....
***
@Sungai Han
Yeon Hee mendudukkan dirinya di sebuah bangku di dekat sungai Han. Ia menatap layar handphonenya. Ah, sudah jam tujuh lewat lima belas menit. ‘Kenapa Jungkook belum datang, ya?’ batinnya. Ia terus-terusan melirik ponsel, tapi hoobaenya itu tak mengirimkan pesan apa pun sejak sore tadi. Mendadak, rasa curiga mulai merambati hati Yeon Hee. Jangan-jangan Jungkook ngerjain dia, lagi. “It’s impossible!” bantah Yeon Hee terhadap dirinya sendiri.
Karena tak mau menunggu terlalu lama, akhirnya Yeon Hee pun mengirimi Jungkook pesan.
‘Neo eodiga? Aku sudah ada di sungai Han. Jika kau tidak datang dalam 10 detik aku akan langsung pulang.’~Yeon Hee. Sent!
Yeon Hee mulai gelisah kala itu. Ia tak biasa keluar malam sendirian. Biasanya, ia akan berjalan-jalan dengan Jimin untuk sekadar mengunjungi taman bermain atau jalan-jalan di sekitar Myeongdeong. Tapi entah kenapa, malam ini Jimin tak mengajaknya jalan-jalan. Bahkan, namja yang sudah ia anggap sebagai dongsaeng itu tak mengiriminya pesan atau Kakao Talk. Biasanya HP Yeon Hee akan berbunyi setiap saat karena Jimin selalu mengiriminya K-Talk tanpa henti. Dan sekarang, Jimin tak menghubunginya sama sekali. Ah, ia merasa sangat kesepian.
PING! ‘Tengoklah ke belakang..’~Jungkook.
Yeon Hee mengerutkan alisnya. Tapi sedetik kemudian seutas senyum terulas di bibirnya. Gadis itu menolehkan kepalanya ke belakang. Dan saat itu juga, pemandangan indah terjadi begitu saja.
Berbagai bentuk kembang api meletup di udara-membentuk bunga-bunga raksasa yang indah. Senyum Yeon Hee semakin melebar kala sebuah kembang api meletup dan membentuk sebuah hati. Dan lagi, ia terkejut dengan kehadiran Jungkook yang datang dari temaramnya cahaya malam.
Baby baby geudaneun caramel macchiato
Yeojeonhi nae ipgaen geudae hyanggi dalkomhae
Baby baby tonight~
Baby baby geudaeneun caffe latte hyangboda
Pogeunhaetdeon geu neukkim gieokhago innayo
Baby baby tonight~
Jungkook menyanyikan sebuah lagu untuk Yeon Hee. Ia menjulurkan kedua tangannya yang tadi ia sembunyikan di baling punggung. Dan saat itu pula, mata Yeon Hee langsung melebar. Sebucket bunga krisan warna-warni tertata indah di hadapannya.
“Jungkook-ah,” lirih Yeon Hee. Yeoja itu terharu. Ia tak bisa menghilangkan senyuman dari bibirnya.
“Kau benar-benar berusaha keras,” lanjutnya. “Gomawo~”
“Mm,” jawab Jungkook. “Terimalah bunga ini noona.”
Yeon Hee pun mengambil bucket bunga yang dipegang Jungkook. “Gomawo~”
“Oh iya, ini...” Jungkook mengeluarkan sebungkus es krim dari saku jaketnya.
“Wah, ternyata kau menepati janjimu!” ujar Yeon Hee. “Kemarilah.” Yeon Hee menepuk-nepuk bangku, mengisyaratkan supaya Jungkook ikut duduk di sampingnya. Namja itu berjalan dengan senyuman yang tak lepas dari bibirnya, lalu mendudukkan diri di samping Yeon Hee.
“Apa noona sudah lama menunggu?”
“Ne,” jawab Yeon Hee sambil membuka bungkusan es krim. “Kau terlambat lima belas menit.”
“Hehe... Mianhae. Aku membeli kembang api, bunga, dan es krim itu.. Jeongmal mianhae. Noona suka kan dengan kejutanku?”
Yeon Hee mengangguk. “Neomu choa~ Belum pernah ada yang memberiku kejutan seperti tadi. Wah, rasanya benar-benar menakjubkan!” kali ini Yeon Hee berceloteh sembari memakan es krim dari Jungkook.
“Geundae Jungkook-ah, kenapa kau melakukan semua ini?”
Jungkook sedikit berdeham sambil memalingkan mukanya. “Geunyang... aku hanya ingin melakukan itu semua. Aku ingin membuat orang lain bisa bahagia. Dengan begitu... aku pun akan merasa bahagia,” jelasnya sedikit berbohong.
 Yeon Hee hanya mengangguk-anggukan kepalanya sambil terus memakan es krim.
“Noona, apa kau sudah memikirkan tentang universitas? Setelah lulus nanti, kau akan pergi ke mana?”
“Aku? Mmm... Aku tidak akan pergi ke universitas.”
“Wae? Noona kan salah satu murid yang pintar. Kenapa noona tidak akan melanjutkan ke universitas?”
“Hhh...” Yeon Hee menghela napas. “Aku bosan berkutat dengan rumus terus. Lagipula, cita-citaku bukanlah sesuatu yang memerlukan keunggulan di bidang akademik.”
“Maksud noona?” alis Jungkook bertaut.
“Aku ingin menjadi seorang polisi,” jawab Yeon Hee mantap. Kini es krim di tangannya hampir habis.
“Polisi? Wae?” oke, Jungkook tidak bisa menghilangkan ke-kepo-annya.
“Molla. Aku hanya ingin menjadi polisi,” jawab Yeon Hee lagi. Kini es krim yang diberikan Jungkook tadi sudah benar-benar habis. Yeon Hee mengambil bucket bunga yang tadi diberikan Jungkook, lalu mencium aromanya. “Hhmm... aku tidak terlalu suka bunga krisan,” ujarnya.
“Jinjja? Kalau begitu, aku salah beli bunga...” desah Jungkook sambil memasang pouty face.
“Gwaenchana. Aku akan memberikan ini pada eomma. Dia suka berbagai jenis bunga,” kata Yeon Hee lembut. “Ngomong-ngomong, apa cita-citamu Jungkook-ah?”
“Naega? Mmm... Aku ingin menjadi seorang musisi.”
“Jeongmal? Wah... pantas saja suaramu bagus saat bernyanyi tadi. Apa orangtuamu merestui cita-cita itu?”
Deg! Jungkook langsung bergeming. Urat-urat lehernya langsung menegang kala ia mendengar kata ‘orang tua’. Damn! Persetan dengan mereka!
“Jungkook-ah, wae geurae?”
“Huh? A-aniyo... Tentu, mereka pasti mendukung cita-citaku, noona,” jawab Jungkook ragu.
Yeon Hee hanya mengangguk-angguk sambil tersenyum.
Jungkook menghela napasnya. Orangtua? Chh, Jungkook hampir melupakan mereka. Ya, sudah bertahun-tahun ia kabur dari rumah. Selama itu pula, orangtua Jungkook tak ada yang mencarinya. Mungkin mereka sudah tak peduli lagi kepada Jungkook. Yang mereka pedulikan hanyalah uang, kekuasaan, yang ujung-ujungnya menimbulkan pertengkaran sehingga membuat mereka bercerai. Damn parents! Haruskah Jungkook memikirkan mereka sementara mereka tak pernah memedulikan anaknya? Eomma... Appa... pantaskah Jungkook memanggil mereka dengan sebutan itu?
‘Argh, kenapa aku jadi memikirkan hal ini?’ batin Jungkook. Ia melirik Yeon Hee sekilas. Saat itu pula, Jungkook baru teringat akan tujuannya mengajak Yeon Hee kemari. “Noona,” panggil Jungkook.
“Wae?” tanya Yeon Hee sambil menoleh ke arah Jungkook.
“Kali ini tolong jawab pertanyaanku,” lirih Jungkook.
“Bukankah aku selalu menjawabnya? Katakanlah! Aku akan menjadi pendengar yang baik,” ujar Yeon Hee, senyum tulus mengembang menghiasi wajahnya.
“Noona, saranghae~ Maukah noona menjadi yeoja chinguku?”
DEG! Senyum Yeon Hee memudar. Ia mengalihkan pandangannya pada hamparan air yang menggenang di sungai Han. Yeon Hee ingat, Jungkook pernah mengatakan hal ini, bahkan dua kali! Tapi ia belum sempat menjawabnya karena Jimin selalu menariknya untuk menjauhi Jungkook. Bahkan Jimin sempat memukul hidung Jungkook hingga berdarah saat si berondong ini menyatakan perasaannya. Yeon Hee kembali menatap Jungkook. Jungkook sangat manis, bahkan tampan. Sepasang maniknya bersih dan bulat. Dan jangan lupakan kedua bunny teethnya yang selalu muncul saat ia tersenyum. Jinjja... it’s cute!
Tapi, Yeon Hee tak bisa merasakan getaran itu. Yeon Hee tak merasa jantungnya berdegup secara abnormal. Yeon Hee tak merasakan panas di kedua pipinya. Dan Yeon Hee... ia merasa... biasa-biasa saja.
Kali ini ia harus menjawabnya. Ia harus mengatakan apa yang ia rasakan terhadap Jungkook. Karena sekali lagi, Yeon Hee tak ingin memberikan harapan semu. Semua orang berhak tahu. Dan semua orang berhak mendapat kejujuran.
“Mianhae Jungkook-ah~” jawab Yeon Hee pelan.
DAMN! Jungkook tahu ini akan terjadi. Argh, kuatkan hati Jungkook Tuhan...
“Aku tidak bisa menjadi yeoja chingumu,” lanjut Yeon Hee.
.
.
.
Ngiiiikkk~~~~~~ :3
 
©Suzanne Woolcott sw3740 Tema diseñado por: compartidisimo