Sabtu, 18 Juli 2015

FF Jikook BTS Still Dancing Part 3



Hai, hai~ Gue balik lagi bawa lanjutan dari ff jikook :v lol well, this is just a fiction. Don't be too serious guys~
.
Main Cast: Jimin BTS
             Jungkook BTS
             Lee Yeon Hee SM Ent.
.
.
.
Prev>>Jungkook berlutut di depan Yeon Hee, sedang kedua tangannya menggenggam telapak tangan yeoja itu.
“Jadilah pacarku, noona. Saranghae~” ucap Jungkook sambil mencium tangan Yeon Hee.
.
.
.
.
“Terima dia Yeon Hee!”
“Aaaa so sweet....!!”
“Kalau aku jadi kau aku akan langsung menikahinya!!”
“Mwoya!” teriak Yeon Hee saat mendengar sorakan teman-temannya.
Yeon Hee mematung. Ia tak tahu apa yang harus ia ucapkan. Moment-moment seperti ini sering ia dapatkan. Dan rasanya... selalu sama. Tak ada getaran yang berhasil melumpuhkan hatinya. Ia menatap Jungkook lekat. Matanya, hidungnya, bibirnya, semuanya sempurna! Dan sepasang mata bulat itu kini tengah menatapnya penuh harap. Ah, haruskah ia menerima pernyataan cinta si ‘berondong’ ini?
“Noona, saranghanda~” ucap Jungkook lagi. Kali ini lebih lembut.
Yeon Hee melihat sekelilingnya. Semua teman yeojanya kini mengerumuni Yeon Hee. Mereka bersorak histeris. Ada yang berteriak bahagia, ada juga yang berteriak sambil menangis karena ‘kecengan’ mereka kini tengah membuat sebuah pernyataan cinta. Itu berarti mereka tidak akan bisa ‘nangkringin’ si berondong kalau dia sampai jadian dengan Yeon Hee.
Yeon Hee memutar bola matanya. Sungguh, meskipun Jungkook memasang wajah imutnya, itu tak berhasil meluluhkan hati Yeon Hee. Hati gadis itu sudah terpaut dengan segudang rumus Matematika/?
“M-mian...” ucap Yeon Hee pelan. Sangat pelan.
“Mwo? Apa noona? Kau mengatakan apa tadi?” tanya Jungkook dengan wajah polos.
“Hhh...” yeoja itu mengeluh. “M-m¾
“Noona!”
Semua orang langsung tersentak, termasuk Yeon Hee. Gadis itu menatap daun pintu. Di sana, Jimin berdiri dengan mata tajam. Rahang namja itu mengatup keras.
Jimin berjalan mendekati Jungkook, lalu melepaskan pegangannya pada tangan Yeon Hee dengan kasar. Tanpa sepatah kata pun, ia langsung melayangkan sebuah tinju tepat di hidung Jungkook. Alhasil, hidung mulus dan mancung/? itu mengeluarkan darah.
“Jimin-ah! Apa yang kau lakukan?” bentak Yeon Hee. Ia langsung meraih Jungkook yang sedang mengerang kesakitan. “Jungkook-ssi, neon gwaenchana? Eoh?”
Melihat adegan tersebut, tentu saja emosi Jimin semakin meninggi. Ia memukul Jungkook karena ia tak rela jika noonanya diambil oleh namja lain. Dan sekarang, noona kesayangannya itu malah memedulikan Jungkook? Apa-apaan ini!
“Jimin-ah, neo pabboya!” umpat Yeon Hee tertahan.
Gadis itu membopong Jungkook keluar kelas. Sedangkan Jimin, ia mematung. Hatinya benar-benar sakit. Bagaimana mungkin noonanya hanya memedulikan Jungkook? Kenapa Yeon Hee tak memedulikan dirinya?
Kepala Jimin tertunduk. Saat ini, perasaannya benar-benar kacau. Salahkah ia karena memukul Jungkook? Salahkah? Ia hanya tidak ingin orang yang dicintainya direbut oleh orang lain. Ia hanya tidak ingin Yeon Hee diambil oleh siapa pun. Tapi Yeon Hee? Yeoja itu malah mencampakannya dan lebih memedulikan Jungkook? Kenapa harus seperti ini? Kenapa rasanya sakit sekali?
***
“Jungkook-ssi, neo gwaenchana?” tanya Yeon Hee setelah mengobati hidung Jungkook yang berdarah.
“Nan gwaenchana noona, jeongmal gwaenchana,” balas Jungkook ceria.
“Aku benar-benar minta maaf atas perlakuan Jimin padamu. Aku benar-benar menyesal.”
“Ani~” sela Jungkook cepat. “Seharusnya aku yang minta maaf. Mungkin, namja tadi cemburu padamu.”
Yeon Hee menghela napas. Ia menatap Jungkook, tidak, lebih tepatnya... ia menatap hidung namja itu.
“Neo jinjja gwaenchana?” ulang Yeon Hee, ia sangat khawatir.
“Ne,” ujar Jungkook ceria. “Melihat noona yang begitu mengkhawatirkanku, aku jadi lebih baik.”
“Ah... Syukurlah,” ujar Yeon Hee. “Kalau begitu, aku pergi dulu, ya...”
Yeon Hee hendak meninggalkan ruang UKS. Tapi lengannya langsung ditahan oleh Jungkook.
“Noona, kkajima~” rengek namja itu manja. Ya, meskipun rengekan itu terdengar menjijikan, tapi hati Yeon Hee tersentuh juga. Ia kembali membalikkan tubuhnya ke arah Jungkook.
“Wae? Aku ada kelas olahraga hari ini,” jelasnya selembut mungkin. Tapi tetep aja, nada bicara Yeon Hee mah ketus mulu >_<
“Geundae noona, nan jeongmal appo. Tak bisakah kau menemaniku di sini, eoh?”
“Andwae. Aku sibuk Jungkook-ah. Lagi pula hidungmu sudah tak apa-apa, kan?”
“Geurae~ Tapi tetap saja ini menyakitkan!” rengek Jungkook lagi. Kali ini ia menampilkan puppy eyes-nya. Dan itu membuat Yeon Hee berpikiran, “Kau memang anak kecil!”
“Arraseo, arraseo~” ucap Yeon Hee akhirnya. “Aku akan menemanimu.”
“Mwo? Jinjja?” Jungkook hampir melompat dari kasur UKS saat mendengar perkataan Yeon Hee.
“Beristirahatlah sebelum aku berubah pikiran.” Yeon Hee duduk di kursi dekat kasur UKS. Ia melipat kedua tangannya di dada.
Sementara Jungkook, namja itu masih tersenyum lebar di atas kasurnya. Ch, ini memang alay. Hidungnya yang terluka, tapi namja itu malah berbaring di kasur UKS seperti maling yang habis dikeroyok massa/? Dasar bocah -_- Tapi semua itu Jungkook lakukan bukan tanpa alasan. Setelah mendapatkan bogem dari Jimin, ia hanya ingin yeoja yang ia cintai menemaninya. Yah... setidaknya sampai rasa pedih di hidungnya berkurang.
#JungkookPOV
“Noona, gomawo~” gumamku pelan. Aku kembali membaringkan diri di atas kasur UKS. Uh, rasanya tidak enak! Pihak UKS harus segera mengganti kasur bulukan ini. Tapi bagaimanapun, dengan adanya Yeon Hee noona di sisiku, aku jadi merasa nyaman. Terlebih, aku bisa menyaksikan wajah cantiknya yang kini terpejam di hadapanku.
Mwo? Yeon Hee noona tertidur? Baru beberapa menit ia duduk di kursi itu dan ia sudah tertidur? Aigoo~ Padahal banyak yang ingin aku tanyakan pada noona. Aku ingin menanyakan tentang perasaannya padaku. Aku juga ingin menanyakan apakah ia menyukaiku atau tidak. Aku juga penasaran apakah sebenarnya ia diam-diam(?) menyukaiku? Ngg... tidak salah kan jika aku berpikir seperti itu? Tapi ada satu hal yang benar-benar membuatku terasa terbebani saat memikirkannya.
JIMIN! Ya, namja itu! Kenapa dia memukulku? Apa ia punya hubungan yang spesial dengan Yeon Hee noona? Apakah mereka sepasang kekasih? Aigoo~ itu tidak mungkin! Maksudku, secara fisik aku lebih unggul daripada si Jimin itu. Bahkan aku lebih tinggi darinya!
#AuthorPOV
Jungkook kemudian mempoutkan bibirnya. Ah, neomu kyeopta! Tapi sungguh, kali ini Jungkook benar-benar kesal dengan seseorang yang bernama Jimin.
‘Jimin? Eoh? Siapa dia? Kenapa dia selalu mengacaukan rencanaku?’ batin Jungkook berapi-api. Ia kesal dengan namja itu. Saaaangat kesal! Seharusnya jika ia mencintai Yeon Hee noona, ia harus bersaing dengan Jungkook secara sportif. Bukannya main nonjok idung orang. Kalau idung Jungkook jadi pesek gimana coba? Kan gak cakep lagi.... *paan sih -_-*
Kembali ke Jungkook~ :v
Ia masih mempautkan bibirnya kesal. Sekilas, ia melirik ke arah Yeon Hee yang sedang terlelap di kursi UKS.
“Cantik,” gumam Jungkook. Dan itulah alasannya kenapa ia mencintai yeoja itu. Yeon Hee noona cantik. Dan Jungkook pikir, yeoja itu terlalu cantik untuk menjadi pacar Jimin.
“Ya, dia tak pantas menjadi namjachingumu noona,” ujar Jungkook lagi.
Rasa kedutan(?) di hidungnya kini menghilang. Melihat wajah yeoja yang dicintainya, itu sudah cukup sebagai obat.
“Noona, neomu joahae~” ucap Jungkook. Ia memejamkan matanya seraya tersenyum senang.
***
“Noona, mianhae, eoh? Maafkan aku, ya? Ya, ya, ya?”
Jimin berusaha menarik perhatian Yeon Hee dengan beraegyo di depan yeoja itu. Tapi ekspresi Yeon Hee tetap sama. Datar. Dan itu membuat Jimin jadi mumet sendiri. Entah ucapan ‘maaf’ ke berapa kali yang telah ia lontarkan. Tapi Yeon Hee tetap teguh pada pendiriannya. Ia mengabaikan Jimin. Apa? Mengabaikan? Tidak! Mungkin lebih tepatnya, mencampakan? Atau malah membuang Jimin?
“Noona~” lirih Jimin lagi. Kali ini ia tidak menunjukkan puppy eyesnya. Ia sudah menyerah. “Kenapa kau begitu marah? Aku kan tidak sengaja. Lagipula aku sudah meminta maaf berkali-kali. Kenapa kau masih mengabaikanku noona? Eoh? Waeyo? Aku bisa gila jika diperlakukan seperti ini...” ujar Jimin panjang lebar.
Mereka tengah duduk di bangku taman sekolah-tempat yang dulu selalu mereka gunakan untuk bercanda. Jimin menggenggam erat lengan Yeon Hee. Ia tidak ingin noona kesayangannya itu pergi tanpa memaafkannya.
“Seharusnya kau tidak minta maaf padaku,” ucap Yeon Hee datar. Ah, betapa senangnya Jimin saat mendengar suara malaikat(?) itu. “Seharusnya kau meminta maaf padanya,” dagu Yeon Hee sedikit terangkat, menunjuk ke sebuah arah.
Jimin mengikuti ke mana dagu itu menunjuk. Dan dagu Yeon Hee menunjuk seorang namja yang tengah bercanda dengan teman-temannya.
“Mwo? Dia?” mata Jimin membulat. “Shirreo! Aku tidak akan meminta maaf padanya!”
Pletak! Sebuah bogem mendarat dengan mulus di dahi Jimin.
“Pabbo!” seru Yeon Hee. “Sejak kapan sikapmu jadi seperti ini? Dasar tidak tahu malu!”
“Geundae noona¾
“Ppali! Minta maaf padanya! Lagipula, dialah orang yang kau sakiti! Bukan aku!” seru Yeon Hee. Gadis itu hendak bangkit dari duduknya tapi tangan Jimin segera mencegah Yeon Hee.
“Arraseo, arraseo~ Aku akan meminta maaf padanya.” Jimin menyerah. Ia lebih rela harga dirinya turun daripada harus kehilangan Yeon Hee.
“Kenapa kau masih diam di sini? Cepat sana minta maaf!” seru Yeon Hee kesal.
“Mwo? Jigeum?”
“Apa kau mau menunggu rambutku memutih dulu?” oke, Yeon Hee mulai lebay. “Ya sekarang lah! Cepat sana!”
Jimin mendesah. Ia menggaruk-garuk tengkuknya. Ah, haruskah ia melakukan semua ini? Haruskah ia meminta maaf pada Jungkook? Si bocah ingusan? Melihat ekspresi Yeon Hee yang suram, Jimin pun melangkahkan kakinya ke arah Jungkook. Meskipun ragu, meskipun harus menanggung malu, ia rela. Ini semua demi Yeon Hee! Ya, ini semua demi Lee Yeon Hee!
***
Bulan sabit mulai menggantung di atas langit malam. Hembusan angin musim gugur berhasil membuat Jimin bergidik. Namja itu termenung di balkon kamarnya. Segelas cokelat panas selalu setia menemani hari-hari Jimin. Mungkin lebih tepatnya, hari-hari sial Jimin.
Ya, hari ini ia sedang sial! Dan hanya cokelat panaslah yang mampu melenyapkan kegundahan hatinya.
Ia meneguk cokelat panas itu perlahan.
“Saranghae Jimin-ah!”
Gluk!
“Uhuk...uhukk.” Jimin tersedak. Segera ia memijat tenggorokkannya yang sakit. Apa yang sedang ia pikirkan? Kenapa kata-kata itu terus terngiang di telinganya?
“Saranghae Jimin-ah!”
Lagi. Kenapa suara itu terus menghantuinya? Kenapa kalimat itu harus muncul? Kenapa? Wae~~~?
Jimin merutukki dirinya. Mug berisi cokelat panas kini entah ke mana. Ia hanya menundukkan kepala dalam-dalam seraya mengacak-acak rambutnya.
“Dasar pabbo! Micheosso! Jinjja micheossooooo!” teriaknya keras.
Jimin mulai mengacak-acak lagi rambutnya. Ia benar-benar frustasi. Saking frustasinya, namja itu kini mengguling-gulingkan tubuhnya di balkon. Ah, sungguh. Malam yang indah.
Flashback~
Jimin pun melangkahkan kakinya ke arah Jungkook. Meskipun ragu, meskipun harus menanggung malu, ia rela. Ini semua demi Yeon Hee! Ya, ini semua demi Lee Yeon Hee!
Tap tap tap~ Namja itu semakin mempercepat langkahnya. Kini, ia hanya berjarak beberapa meter dari Jungkook and the gang :v Melihat keadaan mereka yang sedang tertawa, Jimin jadi merasa tidak tega. Ia tak mau merusak momen manis tersebut*bilang aja males minta maaf sama Jungkook*. Oke, abaikan kenaifan Jimin. Yang jelas, namja itu akan meminta maaf kepada Jungkook demi Yeon Hee. Ya, demi Yeon Hee.
Kini jarak antara Jimin dan Jungkook hanya satu meter(setengah). Perlahan, teman-teman Jungkook mulai menghentikan tawa mereka. Ya, tatapan-tatapan aneh mulai menyoroti Jimin. Namja itu mulai risih. Ekspresinya cukup menunjukkan bahwa, “Ngapain sih liat-liat!”
Tapi tentu saja hal itu tidak bisa didengar oleh teman-teman Jungkook. Karena itu merupakan pemikiran Jimin sendiri. Ya, ia bicara pada dirinya sendiri. Jimin mulai membuka mulutnya. Ia berniat untuk berkata “Mianhae”. Tapi, kenapa mulutnya terasa gatal untuk mengucapkan kata itu? Dengan sekuat tenaga, dengan segenap jiwa raga, Jimin mulai mengumpulkan energi agar bisa mengucapkan salah satu kata sakral dalam hidupnya.
“Ju...jungkook?” berhasil! Jimin berhasil mengucapkan nama Jungkook. Dan sekarang, kata-kata sakral itu...
“Saranghae Jimin-ah!”
“Mwo?” Jimin langsung membelalakkan matanya. Apa yang barusan ia dengar? Apa yang Jungkook bilang tadi?
“Saranghae Jimin-ah!” ulang Jungkook, lantang.
Tentu saja hal itu membuat mata Jimin semakin membulat. Jimin memegang jantungnya.*eeaa* Ia takut jantung satu-satunya itu mendadak copot. Because seriously, he’s surprised!
Jimin menggelengkan kepalanya cepat. Apaan-apaan ini? Apakah bocah ingusan itu gila? Karena perasaannya yang tak karuan, Jimin pun berlari dari taman itu. Ia benar-benar ketakutan.
‘Setelah ia menembak Yeon Hee noona, ia juga mau menembakku? Chh... Yang benar saja! Apa anak itu gay?’ batin Jimin.
Flashback Off~
#JiminPOV
Ah, aku benar-benar gila. Kenapa aku terus memikirkan hal itu? Perkataan Jungkook~ Aigoo sialan! Apakah dia seorang yaoi? Tapi mungkin saja dia hanya mengagumiku, kan? Aku kan tampan. Jadi wajar saja kalau... Aish, kepalaku kenapa, sih? Kenapa kau jadi seperti ini?
Aku memukul pelan kepalaku berkali-kali. Setelah berguling-guling di balkon, aku merasa otakku belum beres juga. Makanya aku langsung masuk ke kamar dan berbaring di atas kasur*apa hubungannya -_-*
Kook... kook... Kenapa perkataan ente kebayang terus, sih? Terus ekspresi ente pas bilang “Saranghae Jimin-ah!”, itu lucu bangeeettttt....
Ya ampun! Sadar Jimin! Apa tadi yang otakmu bilang? Dia lucu? Lucu darimananya? Ish... Aku benar-benar sudah gila!
Keesokkan harinya~
#AuthorPOV
Jimin melangkahkan kakinya memasukki gerbang sekolah. Namja itu terlihat lesu. Terdapat lingkaran hitam di sekitar matanya. Sesekali ia menguap, menikmati rasa kantuk yang sejak tadi menggandrunginya.
Semalaman, Jimin tak bisa tidur. Entah kenapa, perkataan Jungkook kemarin membuatnya stres. Ia beranggapan bahwa Jungkook itu adalah gay. Maka dari itu, Jimin langsung mencari informasi apa pun mengenai gay. Mulai dari ciri-cirinya, penampilannya, cara bicara seorang gay, makanan favorit gay, warna kesukaan gay, pokoknya hal apa pun yang berkaitan dengan gay, Jimin telah mendapatkannya! Dan sekarang, satu hal yang membuatnya penasaran.
“Jika Jungkook seorang yaoi, kenapa bocah itu menyatakan cinta kepada Yeon Hee noona?” batin Jimin.
Ya... jujur saja. Ia telah dibuat penasaran oleh seorang Jeon Jungkook. Mungkinkah Jimin mulai tertarik pada bocah yang menurutnya ingusan itu? Oh~ ayolah... Mana mungkin Jimin menyukai sesama jenis. Ia mencari informasi tentang Jungkook dan gay karena ia penasaran. Apakah Jungkook itu benar-benar gay dan bermaksud mempermainkan Yeon Hee? Ataukah namja itu menyukai pria dan wanita? Jadi, Jungkook itu sebenarnya manusia macam apa?
Kini kaki Jimin mulai melangkah melewati lapangan basket. Ia melirik lapangan tersebut. Hhh... sudah lama ia tidak latihan basket. Semenjak kakinya terkilir, Jimin vacum untuk beberapa hari. Dan jujur, itu membuatnya kesepian.
“Hei, Jimin!” seru seseorang.
Jimin melirik ke sumber suara. “Oh, Yoongi hyung!”
“Yak, kenapa kau jarang latihan basket, eoh? Pelatih selalu menanyakanmu. Sebentar lagi akan ada perlombaan antarsekolah. Kita harus benar-benar latihan...”
“Ah, mianhae hyung. Naega~”
“Suga hyung!” tiba-tiba seseorang datang menghampiri mereka berdua.
Saat menyadari siapa yang datang, mata Jimin langsung membulat.
“Yak, Jeon Jungkook! Long time no see~” ucap Yoongi seraya melakukan high five dengan Jungkook.
Jimin mematung. Jantungnya tiba-tiba berdegup tak karuan. Perasaan takut kini menjalar di seluruh tubuhnya.
“Suga hyung, nanti sore kita ada latihan lagi. Jangan lupa datang, ya~” kata Jungkook seraya tersenyum.
“Mwo? Su-suga?” Jimin tak bisa menyembunyikan keheranannya. Jeon Jungkook, ia memanggil Min Yoongi dengan kata Suga? Apa itu? Dan... sejak kapan mereka saling kenal? Kenapa mereka terlihat akrab?
“Oh, annyeong Jimin sunbae! Kau di sini juga?” ucap Jungkook.
Jimin mengernyitkan dahi. Emang dari tadi gue di sini kali... batinnya :v
Jimin hanya mengangguk kikuk.
“Geurom hyung, aku ke kelas dulu, ne?” ujar Jungkook yang disambut dengan sebuah anggukan dari Min Yoongi.
“Kau kenal dia juga, eoh?” tanya Yoongi setelah Jungkook pergi.
“Oh? N-ne~” jawab Jimin. “Geundae hyung, kenapa kau bisa mengenalnya? Lalu, kenapa dia memanggilmu Suga?”
“Ah, keugae... Kami memang akrab. Aku mengenalnya karena kita mengikuti sebuah klub dance yang sama. Dan ‘Suga’, aku tidak tahu kenapa ia memanggilku seperti itu. Tapi Jungkook bilang aku manis, seperti sugar~” jelas Yoongi kalem.
Jimin semakin menautkan dahinya. ‘Jungkook bilang Min Yoongi manis? Seperti sugar? Ah~ tidak salah lagi! Ini adalah salah satu ciri dari seorang gay!’
“Kalau begitu, aku masuk ke kelas dulu, hyung,” ucap Jimin.
“Arraseo.”
***
Saat jam istirahat, di kantin sekolah...
“Noona, kau masih marah padaku, eoh?” tanya Jimin khawatir.
Yeon Hee tak mengacuhkan pemuda itu. Ia asyik berkutat dengan baso aci kuah cabenya *eea*. Bibir yeoja itu sudah memerah. Mungkin gara-gara ia memasukkan banyak cabe ke kuah basonya.
“Noona, jawab aku~” rengek Jimin manja. Ia mengeluarkan aegyo andalannya supaya mendapat perhatian dari Yeon Hee. Tapi sekeras apa pun Jimin berusaha, sepertinya jurus andalan itu tidak mampu untuk meluluhkan hati noonanya.
“Mwoya!” gerutu Yeon Hee. Ia tidak tahan karena Jimin terus mengganggunya.
“Noona, aku sudah mencoba untuk meminta maaf kepada anak ingusan itu. Geundae, anak itu bersikap aneh! Aku takut noona~” rengek Jimin lagi.
“Bersikap aneh?” dahi Yeon Hee mengerut. “Satu-satunya anak yang bersikap aneh itu adalah kau!” umpat Yeon Hee seraya mengetuk dahi Jimin dengan sendoknya.
“Aigooo~ appo! Nan geotjimal anieyo. Nan jinjjayo~! Si Jungkook itu bersikap aneh noona!”
“Aish, sudahlah Park Jimin! Waktu istirahat hanya tiga puluh menit, dan kau membuang dua puluh menit waktu istirahatku dengan celotehanmu itu! Kau benar-benar pengganggu!”
Jimin langsung bungkam. Ia tak percaya dengan apa yang baru saja ia lihat. ‘Yeon Hee noona marah-marah? Sejak kapan?’
“Ng... noona, kenapa kau jadi seperti ini?” tanya Jimin pelan. Ia tak bisa menyembunyikan rasa penasarannya.
“Wae?!” ujar Yeon Hee dengan nada tinggi.
“Dari tadi kau memarahiku. Tidak seperti biasanya,” ucap Jimin. “Mungkinkah... noona sedang kedatangan tamu?”
“Mwo?!”
.
.
TBC :v

0 komentar:

Posting Komentar

 
©Suzanne Woolcott sw3740 Tema diseñado por: compartidisimo