Hai, hai~ Gue balik lagi bawa lanjutan dari ff jikook :v lol well, this is just a fiction. Don't be too serious guys~
.
Main Cast: Jimin BTS
Jungkook BTS
Lee Yeon Hee SM Ent.
.
.
.
Prev>>Jungkook
berlutut di depan Yeon Hee, sedang kedua tangannya menggenggam telapak tangan
yeoja itu.
“Jadilah
pacarku, noona. Saranghae~” ucap Jungkook sambil mencium tangan Yeon Hee.
.
.
.
.
“Terima dia Yeon
Hee!”
“Aaaa so
sweet....!!”
“Kalau aku jadi
kau aku akan langsung menikahinya!!”
“Mwoya!” teriak
Yeon Hee saat mendengar sorakan teman-temannya.
Yeon Hee
mematung. Ia tak tahu apa yang harus ia ucapkan. Moment-moment seperti ini
sering ia dapatkan. Dan rasanya... selalu sama. Tak ada getaran yang berhasil
melumpuhkan hatinya. Ia menatap Jungkook lekat. Matanya, hidungnya, bibirnya,
semuanya sempurna! Dan sepasang mata bulat itu kini tengah menatapnya penuh
harap. Ah, haruskah ia menerima pernyataan cinta si ‘berondong’ ini?
“Noona,
saranghanda~” ucap Jungkook lagi. Kali ini lebih lembut.
Yeon Hee melihat
sekelilingnya. Semua teman yeojanya kini mengerumuni Yeon Hee. Mereka bersorak
histeris. Ada yang berteriak bahagia, ada juga yang berteriak sambil menangis
karena ‘kecengan’ mereka kini tengah membuat sebuah pernyataan cinta. Itu
berarti mereka tidak akan bisa ‘nangkringin’ si berondong kalau dia sampai
jadian dengan Yeon Hee.
Yeon Hee memutar
bola matanya. Sungguh, meskipun Jungkook memasang wajah imutnya, itu tak
berhasil meluluhkan hati Yeon Hee. Hati gadis itu sudah terpaut dengan segudang
rumus Matematika/?
“M-mian...” ucap
Yeon Hee pelan. Sangat pelan.
“Mwo? Apa noona?
Kau mengatakan apa tadi?” tanya Jungkook dengan wajah polos.
“Hhh...” yeoja
itu mengeluh. “M-m¾”
“Noona!”
Semua orang
langsung tersentak, termasuk Yeon Hee. Gadis itu menatap daun pintu. Di sana,
Jimin berdiri dengan mata tajam. Rahang namja itu mengatup keras.
Jimin berjalan
mendekati Jungkook, lalu melepaskan pegangannya pada tangan Yeon Hee dengan
kasar. Tanpa sepatah kata pun, ia langsung melayangkan sebuah tinju tepat di
hidung Jungkook. Alhasil, hidung mulus dan mancung/? itu mengeluarkan darah.
“Jimin-ah! Apa
yang kau lakukan?” bentak Yeon Hee. Ia langsung meraih Jungkook yang sedang
mengerang kesakitan. “Jungkook-ssi, neon gwaenchana? Eoh?”
Melihat adegan
tersebut, tentu saja emosi Jimin semakin meninggi. Ia memukul Jungkook karena
ia tak rela jika noonanya diambil oleh namja lain. Dan sekarang, noona
kesayangannya itu malah memedulikan Jungkook? Apa-apaan ini!
“Jimin-ah, neo
pabboya!” umpat Yeon Hee tertahan.
Gadis itu
membopong Jungkook keluar kelas. Sedangkan Jimin, ia mematung. Hatinya
benar-benar sakit. Bagaimana mungkin noonanya hanya memedulikan Jungkook?
Kenapa Yeon Hee tak memedulikan dirinya?
Kepala Jimin
tertunduk. Saat ini, perasaannya benar-benar kacau. Salahkah ia karena memukul
Jungkook? Salahkah? Ia hanya tidak ingin orang yang dicintainya direbut oleh
orang lain. Ia hanya tidak ingin Yeon Hee diambil oleh siapa pun. Tapi Yeon
Hee? Yeoja itu malah mencampakannya dan lebih memedulikan Jungkook? Kenapa
harus seperti ini? Kenapa rasanya sakit sekali?
***
“Jungkook-ssi,
neo gwaenchana?” tanya Yeon Hee setelah mengobati hidung Jungkook yang
berdarah.
“Nan gwaenchana
noona, jeongmal gwaenchana,” balas Jungkook ceria.
“Aku benar-benar
minta maaf atas perlakuan Jimin padamu. Aku benar-benar menyesal.”
“Ani~” sela
Jungkook cepat. “Seharusnya aku yang minta maaf. Mungkin, namja tadi cemburu
padamu.”
Yeon Hee
menghela napas. Ia menatap Jungkook, tidak, lebih tepatnya... ia menatap hidung
namja itu.
“Neo jinjja
gwaenchana?” ulang Yeon Hee, ia sangat khawatir.
“Ne,” ujar
Jungkook ceria. “Melihat noona yang begitu mengkhawatirkanku, aku jadi lebih
baik.”
“Ah...
Syukurlah,” ujar Yeon Hee. “Kalau begitu, aku pergi dulu, ya...”
Yeon Hee hendak
meninggalkan ruang UKS. Tapi lengannya langsung ditahan oleh Jungkook.
“Noona,
kkajima~” rengek namja itu manja. Ya, meskipun rengekan itu terdengar menjijikan,
tapi hati Yeon Hee tersentuh juga. Ia kembali membalikkan tubuhnya ke arah
Jungkook.
“Wae? Aku ada
kelas olahraga hari ini,” jelasnya selembut mungkin. Tapi tetep aja, nada
bicara Yeon Hee mah ketus mulu >_<
“Geundae noona,
nan jeongmal appo. Tak bisakah kau menemaniku di sini, eoh?”
“Andwae. Aku
sibuk Jungkook-ah. Lagi pula hidungmu sudah tak apa-apa, kan?”
“Geurae~ Tapi
tetap saja ini menyakitkan!” rengek Jungkook lagi. Kali ini ia menampilkan
puppy eyes-nya. Dan itu membuat Yeon Hee berpikiran, “Kau memang anak kecil!”
“Arraseo,
arraseo~” ucap Yeon Hee akhirnya. “Aku akan menemanimu.”
“Mwo? Jinjja?”
Jungkook hampir melompat dari kasur UKS saat mendengar perkataan Yeon Hee.
“Beristirahatlah
sebelum aku berubah pikiran.” Yeon Hee duduk di kursi dekat kasur UKS. Ia
melipat kedua tangannya di dada.
Sementara
Jungkook, namja itu masih tersenyum lebar di atas kasurnya. Ch, ini memang
alay. Hidungnya yang terluka, tapi namja itu malah berbaring di kasur UKS
seperti maling yang habis dikeroyok massa/? Dasar bocah -_- Tapi semua itu
Jungkook lakukan bukan tanpa alasan. Setelah mendapatkan bogem dari Jimin, ia
hanya ingin yeoja yang ia cintai menemaninya. Yah... setidaknya sampai rasa
pedih di hidungnya berkurang.
#JungkookPOV
“Noona, gomawo~”
gumamku pelan. Aku kembali membaringkan diri di atas kasur UKS. Uh, rasanya
tidak enak! Pihak UKS harus segera mengganti kasur bulukan ini. Tapi
bagaimanapun, dengan adanya Yeon Hee noona di sisiku, aku jadi merasa nyaman.
Terlebih, aku bisa menyaksikan wajah cantiknya yang kini terpejam di hadapanku.
Mwo? Yeon Hee
noona tertidur? Baru beberapa menit ia duduk di kursi itu dan ia sudah
tertidur? Aigoo~ Padahal banyak yang ingin aku tanyakan pada noona. Aku ingin
menanyakan tentang perasaannya padaku. Aku juga ingin menanyakan apakah ia
menyukaiku atau tidak. Aku juga penasaran apakah sebenarnya ia diam-diam(?) menyukaiku?
Ngg... tidak salah kan jika aku berpikir seperti itu? Tapi ada satu hal yang
benar-benar membuatku terasa terbebani saat memikirkannya.
JIMIN! Ya, namja
itu! Kenapa dia memukulku? Apa ia punya hubungan yang spesial dengan Yeon Hee
noona? Apakah mereka sepasang kekasih? Aigoo~ itu tidak mungkin! Maksudku,
secara fisik aku lebih unggul daripada si Jimin itu. Bahkan aku lebih tinggi
darinya!
#AuthorPOV
Jungkook kemudian
mempoutkan bibirnya. Ah, neomu kyeopta! Tapi sungguh, kali ini Jungkook
benar-benar kesal dengan seseorang yang bernama Jimin.
‘Jimin? Eoh?
Siapa dia? Kenapa dia selalu mengacaukan rencanaku?’ batin Jungkook berapi-api.
Ia kesal dengan namja itu. Saaaangat kesal! Seharusnya jika ia mencintai Yeon
Hee noona, ia harus bersaing dengan Jungkook secara sportif. Bukannya main
nonjok idung orang. Kalau idung Jungkook jadi pesek gimana coba? Kan gak cakep
lagi.... *paan sih -_-*
Kembali ke
Jungkook~ :v
Ia masih
mempautkan bibirnya kesal. Sekilas, ia melirik ke arah Yeon Hee yang sedang
terlelap di kursi UKS.
“Cantik,” gumam
Jungkook. Dan itulah alasannya kenapa ia mencintai yeoja itu. Yeon Hee noona
cantik. Dan Jungkook pikir, yeoja itu terlalu cantik untuk menjadi pacar Jimin.
“Ya, dia tak
pantas menjadi namjachingumu noona,” ujar Jungkook lagi.
Rasa kedutan(?)
di hidungnya kini menghilang. Melihat wajah yeoja yang dicintainya, itu sudah
cukup sebagai obat.
“Noona, neomu joahae~”
ucap Jungkook. Ia memejamkan matanya seraya tersenyum senang.
***
“Noona, mianhae,
eoh? Maafkan aku, ya? Ya, ya, ya?”
Jimin berusaha
menarik perhatian Yeon Hee dengan beraegyo di depan yeoja itu. Tapi ekspresi
Yeon Hee tetap sama. Datar. Dan itu membuat Jimin jadi mumet sendiri. Entah
ucapan ‘maaf’ ke berapa kali yang telah ia lontarkan. Tapi Yeon Hee tetap teguh
pada pendiriannya. Ia mengabaikan Jimin. Apa? Mengabaikan? Tidak! Mungkin lebih
tepatnya, mencampakan? Atau malah membuang Jimin?
“Noona~” lirih
Jimin lagi. Kali ini ia tidak menunjukkan puppy eyesnya. Ia sudah menyerah.
“Kenapa kau begitu marah? Aku kan tidak sengaja. Lagipula aku sudah meminta
maaf berkali-kali. Kenapa kau masih mengabaikanku noona? Eoh? Waeyo? Aku bisa
gila jika diperlakukan seperti ini...” ujar Jimin panjang lebar.
Mereka tengah
duduk di bangku taman sekolah-tempat yang dulu selalu mereka gunakan untuk
bercanda. Jimin menggenggam erat lengan Yeon Hee. Ia tidak ingin noona
kesayangannya itu pergi tanpa memaafkannya.
“Seharusnya kau
tidak minta maaf padaku,” ucap Yeon Hee datar. Ah, betapa senangnya Jimin saat
mendengar suara malaikat(?) itu. “Seharusnya kau meminta maaf padanya,” dagu
Yeon Hee sedikit terangkat, menunjuk ke sebuah arah.
Jimin mengikuti
ke mana dagu itu menunjuk. Dan dagu Yeon Hee menunjuk seorang namja yang tengah
bercanda dengan teman-temannya.
“Mwo? Dia?” mata
Jimin membulat. “Shirreo! Aku tidak akan meminta maaf padanya!”
Pletak! Sebuah
bogem mendarat dengan mulus di dahi Jimin.
“Pabbo!” seru
Yeon Hee. “Sejak kapan sikapmu jadi seperti ini? Dasar tidak tahu malu!”
“Geundae noona¾”
“Ppali! Minta
maaf padanya! Lagipula, dialah orang yang kau sakiti! Bukan aku!” seru Yeon
Hee. Gadis itu hendak bangkit dari duduknya tapi tangan Jimin segera mencegah
Yeon Hee.
“Arraseo,
arraseo~ Aku akan meminta maaf padanya.” Jimin menyerah. Ia lebih rela harga
dirinya turun daripada harus kehilangan Yeon Hee.
“Kenapa kau
masih diam di sini? Cepat sana minta maaf!” seru Yeon Hee kesal.
“Mwo? Jigeum?”
“Apa kau mau
menunggu rambutku memutih dulu?” oke, Yeon Hee mulai lebay. “Ya sekarang lah!
Cepat sana!”
Jimin mendesah.
Ia menggaruk-garuk tengkuknya. Ah, haruskah ia melakukan semua ini? Haruskah ia
meminta maaf pada Jungkook? Si bocah ingusan? Melihat ekspresi Yeon Hee yang
suram, Jimin pun melangkahkan kakinya ke arah Jungkook. Meskipun ragu, meskipun
harus menanggung malu, ia rela. Ini semua demi Yeon Hee! Ya, ini semua demi Lee
Yeon Hee!
***
Bulan sabit
mulai menggantung di atas langit malam. Hembusan angin musim gugur berhasil membuat
Jimin bergidik. Namja itu termenung di balkon kamarnya. Segelas cokelat panas
selalu setia menemani hari-hari Jimin. Mungkin lebih tepatnya, hari-hari sial
Jimin.
Ya, hari ini ia
sedang sial! Dan hanya cokelat panaslah yang mampu melenyapkan kegundahan
hatinya.
Ia meneguk
cokelat panas itu perlahan.
“Saranghae
Jimin-ah!”
Gluk!
“Uhuk...uhukk.”
Jimin tersedak. Segera ia memijat tenggorokkannya yang sakit. Apa yang sedang
ia pikirkan? Kenapa kata-kata itu terus terngiang di telinganya?
“Saranghae
Jimin-ah!”
Lagi. Kenapa
suara itu terus menghantuinya? Kenapa kalimat itu harus muncul? Kenapa? Wae~~~?
Jimin merutukki
dirinya. Mug berisi cokelat panas kini entah ke mana. Ia hanya menundukkan
kepala dalam-dalam seraya mengacak-acak rambutnya.
“Dasar pabbo!
Micheosso! Jinjja micheossooooo!” teriaknya keras.
Jimin mulai
mengacak-acak lagi rambutnya. Ia benar-benar frustasi. Saking frustasinya,
namja itu kini mengguling-gulingkan tubuhnya di balkon. Ah, sungguh. Malam yang
indah.
Flashback~
Jimin pun
melangkahkan kakinya ke arah Jungkook. Meskipun ragu, meskipun harus menanggung
malu, ia rela. Ini semua demi Yeon Hee! Ya, ini semua demi Lee Yeon Hee!
Tap tap tap~
Namja itu semakin mempercepat langkahnya. Kini, ia hanya berjarak beberapa
meter dari Jungkook and the gang :v Melihat keadaan mereka yang sedang tertawa,
Jimin jadi merasa tidak tega. Ia tak mau merusak momen manis tersebut*bilang
aja males minta maaf sama Jungkook*. Oke, abaikan kenaifan Jimin. Yang jelas,
namja itu akan meminta maaf kepada Jungkook demi Yeon Hee. Ya, demi Yeon Hee.
Kini jarak antara
Jimin dan Jungkook hanya satu meter(setengah). Perlahan, teman-teman Jungkook
mulai menghentikan tawa mereka. Ya, tatapan-tatapan aneh mulai menyoroti Jimin.
Namja itu mulai risih. Ekspresinya cukup menunjukkan bahwa, “Ngapain sih
liat-liat!”
Tapi tentu saja
hal itu tidak bisa didengar oleh teman-teman Jungkook. Karena itu merupakan
pemikiran Jimin sendiri. Ya, ia bicara pada dirinya sendiri. Jimin mulai
membuka mulutnya. Ia berniat untuk berkata “Mianhae”. Tapi, kenapa mulutnya
terasa gatal untuk mengucapkan kata itu? Dengan sekuat tenaga, dengan segenap
jiwa raga, Jimin mulai mengumpulkan energi agar bisa mengucapkan salah satu
kata sakral dalam hidupnya.
“Ju...jungkook?”
berhasil! Jimin berhasil mengucapkan nama Jungkook. Dan sekarang, kata-kata
sakral itu...
“Saranghae
Jimin-ah!”
“Mwo?” Jimin
langsung membelalakkan matanya. Apa yang barusan ia dengar? Apa yang Jungkook
bilang tadi?
“Saranghae
Jimin-ah!” ulang Jungkook, lantang.
Tentu saja hal
itu membuat mata Jimin semakin membulat. Jimin memegang jantungnya.*eeaa* Ia
takut jantung satu-satunya itu mendadak copot. Because seriously, he’s
surprised!
Jimin
menggelengkan kepalanya cepat. Apaan-apaan ini? Apakah bocah ingusan itu gila?
Karena perasaannya yang tak karuan, Jimin pun berlari dari taman itu. Ia
benar-benar ketakutan.
‘Setelah ia
menembak Yeon Hee noona, ia juga mau menembakku? Chh... Yang benar saja! Apa
anak itu gay?’ batin Jimin.
Flashback Off~
#JiminPOV
Ah, aku
benar-benar gila. Kenapa aku terus memikirkan hal itu? Perkataan Jungkook~
Aigoo sialan! Apakah dia seorang yaoi? Tapi mungkin saja dia hanya mengagumiku,
kan? Aku kan tampan. Jadi wajar saja kalau... Aish, kepalaku kenapa, sih?
Kenapa kau jadi seperti ini?
Aku memukul
pelan kepalaku berkali-kali. Setelah berguling-guling di balkon, aku merasa
otakku belum beres juga. Makanya aku langsung masuk ke kamar dan berbaring di
atas kasur*apa hubungannya -_-*
Kook... kook...
Kenapa perkataan ente kebayang terus, sih? Terus ekspresi ente pas bilang
“Saranghae Jimin-ah!”, itu lucu bangeeettttt....
Ya ampun! Sadar
Jimin! Apa tadi yang otakmu bilang? Dia lucu? Lucu darimananya? Ish... Aku
benar-benar sudah gila!
Keesokkan harinya~
#AuthorPOV
Jimin
melangkahkan kakinya memasukki gerbang sekolah. Namja itu terlihat lesu.
Terdapat lingkaran hitam di sekitar matanya. Sesekali ia menguap, menikmati
rasa kantuk yang sejak tadi menggandrunginya.
Semalaman, Jimin
tak bisa tidur. Entah kenapa, perkataan Jungkook kemarin membuatnya stres. Ia
beranggapan bahwa Jungkook itu adalah gay. Maka dari itu, Jimin langsung
mencari informasi apa pun mengenai gay. Mulai dari ciri-cirinya, penampilannya,
cara bicara seorang gay, makanan favorit gay, warna kesukaan gay, pokoknya hal
apa pun yang berkaitan dengan gay, Jimin telah mendapatkannya! Dan sekarang,
satu hal yang membuatnya penasaran.
“Jika Jungkook
seorang yaoi, kenapa bocah itu menyatakan cinta kepada Yeon Hee noona?” batin
Jimin.
Ya... jujur
saja. Ia telah dibuat penasaran oleh seorang Jeon Jungkook. Mungkinkah Jimin
mulai tertarik pada bocah yang menurutnya ingusan itu? Oh~ ayolah... Mana
mungkin Jimin menyukai sesama jenis. Ia mencari informasi tentang Jungkook dan
gay karena ia penasaran. Apakah Jungkook itu benar-benar gay dan bermaksud
mempermainkan Yeon Hee? Ataukah namja itu menyukai pria dan wanita? Jadi,
Jungkook itu sebenarnya manusia macam apa?
Kini kaki Jimin
mulai melangkah melewati lapangan basket. Ia melirik lapangan tersebut. Hhh...
sudah lama ia tidak latihan basket. Semenjak kakinya terkilir, Jimin vacum
untuk beberapa hari. Dan jujur, itu membuatnya kesepian.
“Hei, Jimin!”
seru seseorang.
Jimin melirik ke
sumber suara. “Oh, Yoongi hyung!”
“Yak, kenapa kau
jarang latihan basket, eoh? Pelatih selalu menanyakanmu. Sebentar lagi akan ada
perlombaan antarsekolah. Kita harus benar-benar latihan...”
“Ah, mianhae
hyung. Naega~”
“Suga hyung!”
tiba-tiba seseorang datang menghampiri mereka berdua.
Saat menyadari
siapa yang datang, mata Jimin langsung membulat.
“Yak, Jeon
Jungkook! Long time no see~” ucap Yoongi seraya melakukan high five dengan
Jungkook.
Jimin mematung.
Jantungnya tiba-tiba berdegup tak karuan. Perasaan takut kini menjalar di
seluruh tubuhnya.
“Suga hyung,
nanti sore kita ada latihan lagi. Jangan lupa datang, ya~” kata Jungkook seraya
tersenyum.
“Mwo? Su-suga?”
Jimin tak bisa menyembunyikan keheranannya. Jeon Jungkook, ia memanggil Min
Yoongi dengan kata Suga? Apa itu? Dan... sejak kapan mereka saling kenal?
Kenapa mereka terlihat akrab?
“Oh, annyeong
Jimin sunbae! Kau di sini juga?” ucap Jungkook.
Jimin
mengernyitkan dahi. Emang dari tadi gue di sini kali... batinnya :v
Jimin hanya
mengangguk kikuk.
“Geurom hyung,
aku ke kelas dulu, ne?” ujar Jungkook yang disambut dengan sebuah anggukan dari
Min Yoongi.
“Kau kenal dia
juga, eoh?” tanya Yoongi setelah Jungkook pergi.
“Oh? N-ne~”
jawab Jimin. “Geundae hyung, kenapa kau bisa mengenalnya? Lalu, kenapa dia
memanggilmu Suga?”
“Ah, keugae...
Kami memang akrab. Aku mengenalnya karena kita mengikuti sebuah klub dance yang
sama. Dan ‘Suga’, aku tidak tahu kenapa ia memanggilku seperti itu. Tapi
Jungkook bilang aku manis, seperti sugar~” jelas Yoongi kalem.
Jimin semakin
menautkan dahinya. ‘Jungkook bilang Min Yoongi manis? Seperti sugar? Ah~ tidak
salah lagi! Ini adalah salah satu ciri dari seorang gay!’
“Kalau begitu,
aku masuk ke kelas dulu, hyung,” ucap Jimin.
“Arraseo.”
***
Saat jam istirahat, di kantin sekolah...
“Noona, kau
masih marah padaku, eoh?” tanya Jimin khawatir.
Yeon Hee tak
mengacuhkan pemuda itu. Ia asyik berkutat dengan baso aci kuah cabenya *eea*.
Bibir yeoja itu sudah memerah. Mungkin gara-gara ia memasukkan banyak cabe ke
kuah basonya.
“Noona, jawab
aku~” rengek Jimin manja. Ia mengeluarkan aegyo andalannya supaya mendapat
perhatian dari Yeon Hee. Tapi sekeras apa pun Jimin berusaha, sepertinya jurus
andalan itu tidak mampu untuk meluluhkan hati noonanya.
“Mwoya!” gerutu
Yeon Hee. Ia tidak tahan karena Jimin terus mengganggunya.
“Noona, aku
sudah mencoba untuk meminta maaf kepada anak ingusan itu. Geundae, anak itu
bersikap aneh! Aku takut noona~” rengek Jimin lagi.
“Bersikap aneh?”
dahi Yeon Hee mengerut. “Satu-satunya anak yang bersikap aneh itu adalah kau!”
umpat Yeon Hee seraya mengetuk dahi Jimin dengan sendoknya.
“Aigooo~ appo!
Nan geotjimal anieyo. Nan jinjjayo~! Si Jungkook itu bersikap aneh noona!”
“Aish, sudahlah
Park Jimin! Waktu istirahat hanya tiga puluh menit, dan kau membuang dua puluh
menit waktu istirahatku dengan celotehanmu itu! Kau benar-benar pengganggu!”
Jimin langsung
bungkam. Ia tak percaya dengan apa yang baru saja ia lihat. ‘Yeon Hee noona
marah-marah? Sejak kapan?’
“Ng... noona,
kenapa kau jadi seperti ini?” tanya Jimin pelan. Ia tak bisa menyembunyikan
rasa penasarannya.
“Wae?!” ujar
Yeon Hee dengan nada tinggi.
“Dari tadi kau
memarahiku. Tidak seperti biasanya,” ucap Jimin. “Mungkinkah... noona sedang
kedatangan tamu?”
“Mwo?!”
.
.
TBC :v
0 komentar:
Posting Komentar