Senin, 14 September 2015

FF JiKook BTS Still Dancing Part 6



Previous>>>>“Mianhae Jungkook-ah~” jawab Yeon Hee pelan.
DAMN! Jungkook tahu ini akan terjadi. Argh, kuatkan hati Jungkook Tuhan...
“Aku tidak bisa menjadi yeoja chingumu,” lanjut Yeon Hee.<<<<<
.
.
.
.
“Wae?” Jungkook tak bisa menahan rasa penasarannya. Suaranya terdengar serak. “Apa karena noona mencintai Jimin hyung?” ya, entah kenapa nama Jimin terlintas begitu saja di kepala Jungkook. Mengingat kedekatan antara Jimin dan Yeon Hee, tidak menutup kemungkinan bukan bahwa mereka bisa saling mencintai?
“Ani.” Yeon Hee menggelengkan kepalanya.
“Kalau begitu, kenapa?” tanya Jungkook lagi. Meskipun terdengar seperti memohon, Jungkook tak peduli. Ia hanya ingin alasan yang jelas atas semua ini, agar ia bisa menerima jawaban Yeon Hee dengan lapang dada.
“Kau ingin tahu alasan ‘aku ingin menjadi seorang polisi’?” tanya Yeon Hee, sedang matanya menerawang jauh ke arah hamparan langit malam yang menggantung di atas sungai Han. Jungkook hanya menatap yeoja itu dengan sendu. Jika boleh jujur, hatinya sakit. Tapi, itu akan terasa lebih menyakitkan jika ia memaksa Yeon Hee untuk menerima cintanya. Chh, pemaksaan! Jungkook tak pernah suka akan hal itu!
“Aku juga mempunyai seseorang yang aku cintai,” lirih Yeon Hee, “dia seorang polisi.”
Hening. Jungkook tak bereaksi apa pun.
“Aku ingin pergi ke Akademi Kepolisian, mempelajari apa pun tentang polisi, supaya aku bisa menjadi polisi dan bisa bekerja di tempat yang sama dengannya... sebagai polisi. Aku ingin mengejarnya Jungkook-ah. Dulu kami begitu dekat. Aku tidak tahu sejak kapan aku mulai menyukainya. Yang jelas, semenjak kepergiaannya ke Akademi Kepolisian, barulah aku menyadari bahwa dia telah membuatku jatuh hati. Dia selalu membuatku tak bisa tidur dengan nyenyak. Aku tidak tahu apakah dia akan menerimaku nanti. Yang jelas, aku hanya ingin mengejarnya sekarang,” tutur Yeon Hee panjang lebar.
“Nuguya?” tanya Jungkook pelan.
“Hmm?” Yeon Hee menolehkan kepalanya ke arah Jungkook.
“Orang yang telah mengambil hatimu...,” ucap Jungkook pelan, “nuguya?”
Hening sejenak. Yeon Hee menghela napasnya pelan. “Seo Ji Sub. Pria yang telah mengambil hatiku... namanya Seo Ji Sub.”
Mata Jungkook kontan membulat. “J-jinjja?” Yeon Hee menganggukkan kepalanya saat Jungkook meminta kepastian. Namja itu mengerucutkan bibirnya. Ia tidak salah dengar, kan? Seo Ji Sub. Ah, pria itu sangat terkenal. Jungkook pun sangat tahu dengan namja yang bernama Seo Ji Sub itu. Dia adalah seorang pria tampan yang bekerja di Akademi Kepolisian Cyber. Reputasinya bahkan sejajar dengan aktor-aktor Korea, bahkan karena ketampanannya, tak jarang banyak orang-terutama kaum wanita-yang mengidolakan sosok pria tersebut.
Tanpa izin, tiba-tiba saja setetes liquid jatuh begitu saja dari ceruk mata Jungkook. Namja itu menutup matanya erat. Mengingat paras Seo Ji Sub yang lebih tampan darinya... Argh! Andwae! Jungkook harus bisa menerima kenyataan. Ia harus bisa menerima jawaban yang Yeon Hee berikan.
Jungkook langsung menyandarkan kepalanya di pundak Yeon Hee. Ia hanya ingin menangis saat ini. Dadanya terasa sangat sesak.
“Jungkook-ah, wae geurae?” tanya Yeon Hee sedikit terkejut saat hoobaenya itu menyadarkan kepala di bahunya.
“Hanya kali ini noona,” lirih Jungkook. “Biarkan aku bersandar di pundakmu, hiks..” Sekuat apapun, akhirnya sebuah isakkan berhasil lolos dari mulut Jungkook. Yeon Hee yang mendengar hal itu hanya bisa tertegun. Ia tahu. Ia telah menyakiti satu jiwa lagi.
“Mianhae Jungkook-ah...” batin Yeon Hee. “Jeongmal mianhae...”
***
Tiga hari kemudian...
@Dorm BigHit Entertaiment
“Jungkook-ah, irreona!” Taehyung mengguncang-guncangkan tubuh saengnya itu. Jungkook yang masih bergumul di dalam selimut hanya bergumam tak jelas. Ia tak berniat untuk membuka matanya. “Jungkook-ah, ppalli irreona! Ini sudah jam setengah tujuh!” ujar Tae lagi, kali ini lebih keras. Dan respon yang didapatkan namja itu tetap sama. Jungkook hanya bergumam sambil merekatkan selimutnya. “Aish... kau akan bolos sekolah lagi, eoh?”
“Tae-ah, wae geurae?” tiba-tiba Hoseok yang baru keluar dari kamar mandi langsung menghampiri kasur Jungkook.
“Dia tak mau bangun lagi, hyung,” balas Tae sedikit mengerucutkan bibirnya.
Hoseok pun naik ke kasur Jungkook dan mencoba menepuk-nepuk pipi saengnya. Awalnya sih pelan-pelan, tapi lama kelamaan... BUK BUK BUK!!
“Yak! Appo!” jerit Jungkook yang langsung bangun dari tidurnya. Namja itu mengerucutkan bibirnya sambil mengusap-usap pipi yang tadi ditampar berkali-kali oleh Hoseok.
“Itulah akibatnya kalau kau tidak bangun,” ucap Hoseok sekenanya yang berhasil mengundang tawa Taehyung. “Kau tidak akan berangkat ke sekolah lagi, eoh? Wae?” tanya Hoseok. Ia berjalan ke arah lemari lalu mulai memakai seragamnya.
“Shirreo,” jawab Jungkook. “Aku sedang sakit.” Jungkook kembali berbaring dan menutup wajahnya dengan selimut.
“Aish, lihat hyung, dia tidur lagi,” ujar Tae kesal. “Kau kenapa sih, Kook? Apa gara-gara yeoja itu? Kenapa kau cengeng sekali, sih? Baru ditolak segitu aja udah sakit-sakitan!”
“Yak! Berisik!” teriak Jungkook lagi. Ia kembali bangun dan langsung melangkah ke kamar mandi.
“Apa dia akan pergi ke sekolah?” tanya Tae yang kebingungan dengan sikap saengnya.
Hoseok mengedikkan bahu. “Aku hanya berharap dia tidak menangis di kamar mandi.”
***
Jungkook memasukki kelasnya dengan malas. Ya, hari ini ia memaksakan diri untuk pergi ke sekolah. Semenjak kejadian di sungai Han tempo lalu, entah kenapa dunia Jungkook seakan runtuh. Ia jadi tak ingin melihat wajah Yeon Hee lagi. Melihat wajah gadis itu, hanya membuat Jungkook ingin menangis.
Sudah tiga hari Jungkook bolos sekolah. Alasannya sih lagi sakit. Tapi Jungkook gak bohong, kok. Dia emang bener-bener sakit. Lebih tepatnya, sakit di bagian dada.
“Kook-ah, kenapa kau terlambat eoh?” tanya namja berambut pirang. “Aigo, ada apa dengan wajahmu? Kenapa kau pucat sekali?” namja itu kini menangkup kedua pipi Jungkook sambil memasang wajah khawatir.
“Nan gwaenchana Bambam-ah,” jawab Jungkook pelan. Ia duduk di bangkunya dan langsung menenggelamkan wajahnya di meja begitu saja. Bambam yang notabenya sebagai teman sebangku Jungkook pun jadi merasa khawatir. Pasalnya, tak biasanya Jungkook bersikap seperti ini. Biasanya anak itu akan membuat seisi kelas menjadi ramai. Tapi kali ini? ‘Apa yang terjadi dengan urineun Jungkookie?’ batin Bambam.
“Yak, para Saem banyak yang menanyakan keadaanmu. Kurasa mereka merindukan si Golden Student,” ujar Bambam mencairkan suasana.
“Jinjjaro?” tanya Jungkook. “Ah, pasti aku telah membuat mereka kecewa..”
“Mm...” Bambam membenarkan. “Keurigu~ ada seorang sunbae yang mencarimu selama kau tak sekolah,” lanjutnya.
“Hhh... pasti Hoseok dan Tae hyung. Benar, kan?”
“Aniyo... Kau tahu sunbae yang sering main basket bersama Yoongi hyung? Dari kemarin dia mencarimu. Mmm, siapa yah namanya?” Bambam menggaruk-garuk tengkuknya.
Jungkook lantas menegakkan posisi duduknya. “Maksudmu... Park... Jimin?” tanya Jungkook ragu-ragu yang langsung disambut dengan sebuah anggukkan dari Bambam.
“Bahkan dia sempat minta nomor HP-mu padaku. Tapi karena aku takut terjadi sesuatu, jadi aku bilang saja kalau aku tidak punya nomor HP-mu,” jelas Bambam diiringi dengan sebuah cengiran.
Jungkook memiringkan kepalanya bingung. Untuk apa Jimin mencarinya? Apakah namja itu... Ah! Jangan-jangan Yeon Hee noona menceritakan kejadian waktu di sungai Han itu kepada si Jimin. Terus... pasti Jimin mencari Jungkook hanya untuk memperoloknya. ‘Ish... namja itu benar-benar berniat membunuhku! Aku harus bagaimana kalau dia mencariku lagi?’ batin Jungkook.
***
Bel pertanda istirahat mulai berbunyi. Bambam langsung bangkit dari duduknya dan memaksa Jungkook untuk pergi menemaninya makan di kantin. Tapi Jungkook terlihat malas kala itu.
“Ayolah Jungkookie, aku akan meneraktirmu!” ujar Bambam pasrah. Ia lebih memilih meneraktir temannya daripada harus makan sendirian.
Jungkook hanya memutar bola matanya dengan malas. Masalahnya saat ini adalah bukan perkara ‘makanan’ ataupun ‘ditraktir’. Yang jadi permasalahannya adalah, jika Jungkook pergi ke kantin, pasti bakal ada Yeon Hee noona yang duduk di pojokan sambil makan baso aci. Kalau sudah begitu, pasti sangat sulit bagi Jungkook untuk move on. Lagipula, selera makannya benar-benar hilang hari ini. Tadi pagi pun sandwich yang disiapkan oleh Jin hyung tidak ia sentuh sama sekali.
“Aniyo, aku sedang tidak nafsu makan Bambam-ah, kau ajak saja Mark hyungmu itu,” jawab Jungkook malas.
“Shirreo,” tolak Bambam, “Mark hyung sedang belajar untuk mempersiapkan ujian nasionalnya. Jadi aku tidak boleh mengganggu. Ayolah Jungkook, temani aku makan... ne? Hanya hari ini saja...”
“Baiklah, baiklah.” Akhirnya Jungkook pun pasrah. Ia tidak tahan dengan rengekkan Bambam di telinganya.
Mereka berdua berjalan ke kantin lalu duduk di meja yang kosong. Selama di kantin, Jungkook menundukkan kepalanya dalam-dalam. Ia takut jika ada Yeon Hee. Kalau sampai ia melihat yeoja itu, apa yang harus ia lakukan? Menyapa? Atau menghiraukannya?
“Jungkook-ah, kau mau makan apa?” tanya Bambam.
“Terserah kau saja,” jawab Jungkook lemas.
“Berhentilah bersikap seperti itu Jungkook-ah, kau membuatku khawatir.” Bambam bangkit dari duduknya dan pergi untuk membeli makanan. Sementara Jungkook, ia melamun sambil sesekali memainkan wadah tissue yang ada di hadapannya.
‘Oh iya, kemana Tae dan Hoseok hyung, ya?’ batin Jungkook. Ia mengedarkan pandangan ke seisi kantin. Biasanya, kedua hyungnya itu akan makan di kantin sambil membuat keributan. Tapi kali ini, Jungkook bahkan tak melihat batang hidung mereka sama sekali. Dan ah! Mata Jungkook terpaku pada sebuah meja yang ada di sudut. Meja itu adalah tempat favorit Yeon Hee. Tapi sekarang, meja itu kosong. ‘Kemana Yeon Hee noona?’
“Yak, Jeon Jungkook!” tiba-tiba seseorang menyeru dengan nada yang ketus. Tentu saja hal itu membuat Jungkook sedikit tersentak dan langsung memalingkan wajah ke sumber suara.
“J-jimin hyung?” alis mata Jungkook mengerut samar. “Ada apa?” tanya Jungkook cepat.
Jimin duduk di hadapan Jungkook dengan ogah-ogahan. Namja itu menghela napas sebentar kemudian menatap Jungkook dengan malas. “Aku mencarimu kemarin. Tapi Lee saem bilang kau sedang sakit. Apa kau sudah sembuh?” tanya Jimin.
Nah lho? Alis Jungkook semakin bertaut. Ia merasakan sesuatu yang aneh. ‘Kenapa Jimin hyung tiba-tiba jadi baik begini?’ pikir Jungkook.
“Ne, aku sudah sembuh kok, hyung. Ada apa mencariku?”
Jimin mengeluarkan sebuah kotak yang dibungkus dengan kertas kado warna hitam dan pita merah muda dari saku blezernya. “Ini dari Yeon Hee noona. Dia menyuruhku untuk memberikannya padamu,” jawab Jimin. Sebenarnya ia sedikit gak rela. Tahu kan gimana perasaan Jimin ke Yeon Hee? Tapi bagaimanapun, Jimin sudah memutuskan untuk melepas noona kesayangannya itu. Ya, Jimin harus menerimanya.
“Dari Yeon Hee noona? Jinjja?” Mata Jungkook membulat. Dan entah kenapa, ekspresi itu terlihat... errr lucu di mata Jimin.
‘Pabbo! Apa yang sedang kau pikirkan Park Jimin?’ rutuk Jimin, ngebatin.
Jungkook mengambil kotak itu dari tangan Jimin. “Woahh, gomawo hyung,” ujarnya riang. Seulas senyum kini terpahat di bibir Jungkook, menunjukkan kedua gigi kelincinya.
“Ehm... Kalau begitu, aku pergi dulu.” Tanpa menunggu anggukkan dari Jungkook, Jimin pun langsung menghilang dari sana. Sementara Jungkook masih asyik mengagumi kotak pemberian dari Yeon Hee.
Di sisi lain, namja berambut pirang yang tak lain adalah Bambam, hanya bisa memasang blank facenya. Ia menatap Jungkook tak percaya. “Wah, ini akan menjadi berita yang bagus!” gumamnya.
***
“Hoseok hyung... Hoseok hyung!!” Bambam menghambur ke kelas Hoseok dengan napas terengah, membuat anak-anak kelas tiga yang sedang belajar itu memberikan deathglare ke arahnya.
“Wae?” tanya Hoseok bingung. Soalnya, tumben banget Bambam main ke sarang anak-anak kelas tiga. Kalaupun main, pasti tujuannya buat ngeliat Mark yang lagi baca buku di pojokan. Tapi sepertinya kali ini tujuan Bambam berbeda. Pasalnya, sosok Mark yang kini sedang mambaca buku di bangku guru pun Bambam skip begitu saja.
“Aku punya berita baru!” sahut Bambam bersemangat.
“Aigo, nanti saja bahasnya. Aku sedang belajar Bambam-ah,” jawab Hoseok.
“Tapi hyung,”
“Kau tidak lihat ekspresi mereka?” Hoseok menunjuk teman-temannya yang memasang tatapan tajam ke arah Bambam. “Mereka sedang belajar Bambam-ah, kau mengganggu waktu luang kami,” lanjut Hoseok lembut.
“Benar Bambam-ah, kalau itu tidak terlalu penting, lebih baik bicarakan nanti saja.” Yoongi yang sedari tadi membaca buku di pinggir Hoseok kini ikut buka suara.
Bambam mengerutkan bibirnya. “Baiklah. Maaf sudah mengganggu kalian,” ujarnya sambil melakukan bow. Kemudian langsung berlari keluar dari kelas.
“Kalau begitu, aku akan memberi tahu Tae hyung!” ujarnya. Ia langsung berlari menuruni tangga lalu menyusuri koridor anak-anak kelas dua. Seketika itu juga, ia langsung menghambur ke kelas Taehyung. Kebetulan namja itu sedang free*lagi gak belajar maksudnya*.
“Hyung!!!” teriak Bambam sambil menyerbu ke bangku Taehyung. Tae yang sedang membaca manga pun mengangkat wajahnya ke arah Bambam.
“Wae?” tanya Tae, datar.
“Aku punya berita bagus!”
“Apa itu?” tanya Tae, masih datar.
“Ini menyangkut Jeon Jungkook,” jawab Bambam yang masih direspon dengan tatapan datar dari Tae. “Dan juga... Park Jimin.”
Seketika itu juga ekspresi Taehyung langsung berubah. “Mwo? Apa maksudmu?”
Bambam sedikit mencondongkan badannya ke arah Taehyung. “Tadi waktu di kantin-ketika aku memesan makanan untuk aku dan Jungkook-, tiba-tiba aku melihat Jimin sunbae sedang memberikan sesuatu. Kalau tidak salah, sebuah kotak kecil berwarna hitam yang diikat dengan pita warna merah muda. Aku tidak tahu apa yang sedang mereka bicarakan. Tapi... setelah menerima kotak itu... Jungkook jadi senyam-senyum sendiri! Kan horror hyung!” jelas Bambam panjang lebar.
Taehyung hanya bisa melongo setelah mendengar penuturan Bambam tadi. Tahu, kan, gimana wajah Tae kalau lagi mikir? *BLANK*
“Hyung, kenapa kau diam saja? Apa yang kau pikirkan?” tanya Bambam sambil memukul pelan lengan Taehyung. Tae pun langsung tersadar dari lamunannya. Ia menatap Bambam dengan bingung.
“Kau yakin Jimin memberikan itu kepada Jungkook?”
Bambam mengangguk pasti.
‘Ah, matilah kau Kim Taehyung! Doamu terkabul!’
“Aku yakin dia akan membalas cintamu, Kook!”

.
.
.
.
TBC

0 komentar:

Posting Komentar

 
©Suzanne Woolcott sw3740 Tema diseñado por: compartidisimo