Previous>>>>“Hyung!” Lamunan
Jimin buyar. Ia segera mengalihkan pandangannya ke arah lain.
“Kau benar-benar
membenciku, ya?” tuntut Jungkook. Jimin hanya menghela napasnya kasar lalu
bangkit dari duduknya.
“Sudahlah, ayo
pulang! Para hyungdeul pasti sangat mengkhawatirkan kita.” Jimin berjalan cepat
meninggalkan Jungkook yang masih mengerutkan bibirnya.
“Apa-apaan dia? Apa
dia benar-benar membenciku? Aigo...”<<<<<<<
.
.
.
.
***
Maybe, it’s
party time for them. Because they can make their dreams become true. They can
dancing on the stage, singing a song, and they can hear voice who shouted their
names. Yeahh! It’s Bangtan Seonyeondan! Akhirnya mereka bisa debut setelah
menjalani trainee selama bertahun-tahun. Bisakah mereka berteriak bahwa mereka
bahagia? Bisakah mereka berteriak kepada dunia bahwa mereka berhasil melewati
masa kelam mereka? Well, mereka hanya berharap bahwa semua jerih payah ini,
semua kebahagiaan ini akan berlangsung lama. Dan ada satu prinsip yang terus
pegang hingga saat ini, yaitu: Seberat apa pun hidupmu, tetaplah menari! And
see, they can destroy the world with their beautiful dance and voice...
Jimin berdiri di
dekat jendela sambil menatap langit malam yang bertaburan bintang. Semua member
sudah terlelap. Kini hanya ia yang masih terjaga. Ya, Jimin tak bisa menampik
kenyataan bahwa ia masih bahagia setelah debut, dan itu membuatnya insomnia.
“Kau tidak
tidur?” Jimin tersentak saat mendengar suara itu. Saat ia menoleh, ternyata
Jungkook sudah berdiri di sampingnya, ikut menatap bintang. Dan Jimin hanya
bergumam sebagai jawaban atas pertanyaannya.
Tak ada yang
berbicara. Mereka hanya berdiri sambil memandang kerlap-kerlip bintang yang
semakin lama, semakin terlihat banyak. Dan sialnya, Jimin bisa merasakan itu
lagi. Degupan jantungnya yang berpacu cepat! Hhh... apa yang harus ia lakukan?
Jimin memberanikan diri untuk menatap namja yang berdiri di sampingnya.
“Aku tidak percaya
akhirnya kita bisa debut,” ucap Jungkook membuat Jimin lagi-lagi harus menahan
rasa keterkejutannya. Dan lagi, Jimin hanya menggumam sebagai jawaban. Tak
lama, ia kembali menatap Jungkook.
“Dulu kau
bertanya apakah aku benar-benar membencimu, kan?” tanya Jimin. Jungkook
menolehkan pandangan puppy eyesnya. Ah... neomu kyeopta.
“Emm... Wae? Aku
tahu kau membenciku,” lirih Jungkook. Terlihat raut kesedihan di sana.
Jimin mengangguk
cepat. “Benar, aku sangat membencimu!” ujar Jimin.
“Jinjja? Waeyo?”
suara Jungkook meninggi. Ia tidak bisa menerima pernyataan bahwa ternyata
selama ini Jimin benar-benar membencinya. Haruskah ia menangis? Semua hyundeul
sangat menyayangi Jungkook. Tapi kenapa dengan Jimin? Apakah dia masih marah
karena masalah Yeon Hee noona? Seharusnya Jungkook yang marah karena Jimin
pernah menonjok hidungnya hingga berdarah. Geundae, kenapa dia yang jadi
membenci Jungkook?
Jimin
mengulurkan tangannya dan mengusap pucuk kepala Jungkook dengan lembut. “Aku
membencimu.... karena kau telah membuatku menyukaimu Jeon Jungkook...”
“M-Mwo?????”
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~FIN~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
.
.
.
.Hollaaa haha. Akhirnya ini ff gaje berakhir juga :v Sumpah ini gak nyadar kalo part 8 kependekan. mana endingnya maksa lagi u,u
yaudah lah yaa yang penting ni ff udah kelar, jadi utang author juga kelar :v Well, thankyou yang udah baca ataupun yang cuma ngelirik doang. Kritik dan sarannya sangat saya harapkan^^
See you my blog~ mumumu :*
0 komentar:
Posting Komentar