Rabu, 23 September 2015

FF Jikook BTS Still Dancing Part 7



 
Previous>>>“Kau yakin Jimin memberikan itu kepada Jungkook?”
Bambam mengangguk pasti.
‘Ah, matilah kau Kim Taehyung! Doamu terkabul!’
“Aku yakin dia akan membalas cintamu, Kook!”<<<
***
.
.
.
.
Aku pernah berkata bahwa aku kurang menyukai bunga krisan, kan? Aku harap itu tidak menyinggung perasaanmu Jungkook-ssi. Aku selalu merasa bersalah saat mengingat kejadian itu-padahal kau sudah berjuang dengan keras untukku. Sebagai gantinya, aku akan memberikan kalung ini. Kau lihat bandulan berbentuk bunga tulip itu? Itu kalung pemberian eommaku. Eomma bilang, “kau akan selalu merasa kuat jika memiliki ini”. Dan kalung inilah yang menyertaiku dalam mengejar Seo Ji Sub oppa.
Tapi sekarang, aku akan memberikannya padamu. Jadilah namja yang kuat Jungkook-ah... Kembalilah ceria. Aku harap kau bisa menemukan cintamu yang sesungguhnya.
Oh iya. Aku akan berlibur ke Busan bersama keluargaku dan akan kembali ke Seoul minggu depan. Aku harap saat kau melihatku nanti, kau tidak akan membenciku. Lee Yeon Hee~
“Bagaimana mungkin aku bisa membencimu noona?” lirih Jungkook. Ia menatap secarik kertas yang berisikan tulisan tangan Yeon Hee. Kemudian, ia mengeluarkan kalung berliontinkan bunga tulip dari dalam kotak. “Ini indah,” gumamnya pelan. Tak sadar, kini pipi Jungkook mulai basah dengan air mata. Terdengar beberapa isakkan dari namja itu.
“Baiklah noona. Aku akan kembali ceria,” ucap Jungkook mantap. Ia menggenggam kalung tadi lalu pergi dari atap sekolah-bermaksud untuk kembali ke kelas.
***
Jam pulang sekolah!!!
Jimin melangkahkan kakinya keluar dari kelas. Hari ini ia ada latihan basket bersama anak-anak klub basket lainnya. Ya, kali ini ia bisa bersikap lebih ceria. Tentang perasaan Jimin pada Yeon Hee, namja itu sedang berusaha melupakannya. Lagipula, Yeon Hee bilang ia akan membawakan Jimin oleh-oleh setelah pulang dari Busan nanti. Jadi, hal itu bisa membuat perasaan Jimin kembali normal-layaknya adik dan kakak.
“Jimin-ssi!” seseorang menyeru. Jimin langsung saja berlari ke arah orang tersebut lalu melakukan bow. “Annyeong hyung,” sapa Jimin.
“Segera ganti pakaianmu,” suruh Yoongi, “lima menit lagi kita latihan.”
Jimin pun mengangguk dan langsung berlari ke pinggir lapangan. Sebenarnya ia tidak perlu pergi ke ruang ganti untuk mengganti pakaiannya. Soalnya, Jimin sudah memakai kaos untuk latihan basket dari rumah lalu dibalut dengan seragam sekolah. Jadi, ia tinggal membuka seragamnya saja, ‘Dengan begini lebih cepat, kan!’ pikirnya.
Latihan dimulai. Anak-anak klub basket yang beranggotakan dua belas orang itu bermain dengan lihai. Tak terkecuali Jimin. Namja itu sangat lincah mendribble bola dan beberapa kali memasukkannya ke ring lawan. Tapi sayangnya, kini ia dan Yoongi berada di tim yang berbeda. Otomatis hal itu membuat Jimin sedikit ‘takut’. Pasalnya, Yoongi adalah ketua klub basket dan pemain yang paling jago. Latihan kali ini pun skor grupnya Yoongi lebih unggul dari Jimin. Ah, Jimin tidak yakin ia akan memenangkan permainan ini.
BUG! Jimin kehilangan kontrol. Ia melemparkan bola terlalu kuat sehingga membuat teman se-timnya tidak bisa menghandle bola dengan baik. Parahnya lagi, bola itu mendarat di kepala seorang namja yang sedang duduk-menonton-di pinggir lapangan.
‘Matilah kau Park Jimin!’
Seseorang itu sedikit menjerit saat bola basket mengenai kepalanya.
“Ya ampun, Jungkook-ssi!” teriak Yoongi yang langsung berlari ke pinggir lapangan untuk menghampiri Jungkook.
“Apa? Ju-Jungkook?” mata Jimin membulat. Ia tak menyangka jika bolanya akan mengenai anak kelas satu itu. Ah, haruskah ia berlari menghampirinya dan meminta maaf? Aigo... it’s not Jimin’s style!
“Jungkook-ah, kau baik-baik saja? Eoh?” Yoongi mengusap-usap kepala Jungkook dengan khawatir. Sedangkan Jungkook hanya sesekali meringis. Di saat seperti itu sempat-sempatnya Jungkook tersenyum. Namja itu meraih tangan Yoongi yang sedang mengusap kepalanya, lalu menggenggam tangan tersebut.
“Aku baik-baik saja hyung, sungguh,” ujarnya sambil menunjukkan gigi kelinci. “Kembali bermainlah!”
MWO? Apa itu? Apa yang barusan Jimin lihat? Yoongi mengusap kepala Jungkook, kemudian Jungkook meraih tangan Yoongi dan menggenggamnya, lalu meletakkannya di bagian dada, belum lagi senyuman Jungkook yang... Rrr. OMO! Ada apa dengan Jimin! Kenapa otaknya berkata bahwa, ‘Apakah mereka yaoi?’
“Ayo, kita lanjutkan latihannya!” seru Yoongi yang kini sudah siap mengambil posisi di lapangan. Jimin pun tersadar dari pikiran absurdnya. Sesekali ia melirik ke arah Jungkook.
‘Apakah dia baik-baik saja? Kepalanya masih sakit tidak, ya? Bola basket kan keras! Kalau dia sampai benjol bagaimana? Kalau sampai gegar otak bagaimana? Oh tidak Park Jimin, itu tidak mungkin terjadi! Ya ampun, apakah aku harus meminta maaf?’ Jimin terus bergulat dengan pikirannya selama latihan. Ia pun tidak mengerti, kenapa ia bisa jadi seperti ini. Dan saat ekor matanya melirik Jungkook lagi, kini namja itu sudah tidak duduk sendirian. Seorang namja yang ia tahu sebagai Kim Taehyung duduk di samping Jungkook dengan es krim yang memenuhi kedua tangannya. Sesekali Jimin mendengar sebuah suara, “Jungkook, ini untukmu!” Dan suara lainnya, “Wah, gomawo Tae hyung! Bbuing bbuing.. Haha..”
“Chh... Menggelikan!” cibir Jimin dalam hati.
“Break lima menit!” seru Yoongi yang membuat semua pemain bisa menghela napas lega.
Jimin langsung duduk di pinggir lapangan-tempat tadi ia meletakkan ransel dan seragamnya. Entah kenapa, tapi mata sipit namja itu terus saja melirik ke arah Jungkook yang sedang duduk bersama Taehyung. “Mereka terlihat akrab!” gumam Jimin. Dan omo! Apalagi sekarang? Jungkook menyuapkan sesendok eskrim kepada Taehyung? Dan... dan... Jungkook menyeka sudut bibir Taehyung dengan ibu jarinya? Apa-apaan ini? ‘Apakah dia yaoi?’ oke, entah kali ke berapa pertanyaan itu muncul di kepala Jimin hari ini.
Waktu break habis, dan semua pemain pun kembali ke lapangan saat mendengar intruksi dari Yoongi. Dan setelah permainan selesai, Jimin mendapatkan sedikit omelan dari ketua klub basket itu. Katanya hari ini Jimin kurang cekatanlah, kurang fokuslah, dsb. Gimana Jimin bisa fokus, sedangkan otaknya sibuk menerka-nerka, apakah Jungkook benar-benar yaoi atau bukan?
‘Please, Chim. You’ll be crazy if you always think about that!’
***
After you graduate, after I graduate
The two don’t shed any tears
Because we are free from school... from now on.
Mungkin lagu tersebut cocok untuk keadaan saat ini. Keadaan di mana seluruh siswa kelas tiga SMA di Seoul sedang merayakan kelulusan mereka. Layaknya siswa SMA, mereka mencorat-coret seragam teman mereka dengan pilox warna-warni. Terkadang dengan iseng salah satu siswa akan membubuhkan tanda tangan di seragam temannya dengan spidol permanen. Tapi, inilah yang mereka tunggu-tunggu. Kebebasan. Karena sejak saat ini, tak ada lagi yang namanya berkutat dengan berbagai rumus, tak ada lagi persaingan untuk mendapat nilai terbaik, dan tak akan ada lagi yeoja berambut lurus dengan eye smile di sekolah ini.
“Ya, tak akan ada lagi,” gumam Jungkook. Ia menatap sendu ke arah sekumpulan anak kelas tiga yang sedang mencorat-coret baju teman-teman mereka. Tak berapa lama kemudian, sepasang mata Jungkook langsung membulat saat yeoja cantik bernama Lee Yeon Hee itu menghampiri dirinya.
“Jungkook-ah!” seru Yeon Hee riang. Jangan lupakan ekspresi charming gadis itu yang membuat Jungkook semakin salah tingkah.
“Ngg... Ne, noona?” jawab Jungkook gelagapan.
Yeon Hee mengulurkan sebuah spidol permanen kepada Jungkook. “Kau tidak mau menandatangani seragamku?” tanyanya.
Seulas senyum terpahat di bibir Jungkook. Ia meraih spidol itu dari tangan Yeon Hee. “Everything for you noona,” ujarnya cekikikkan yang berhasil membuat Yeon Hee mengerucutkan bibirnya dengan lucu.
Jungkook pun membubuhkan tanda tangannya di seragam Yeon Hee, tepatnya di bagian lengan atas.
“Gomawo. Aku akan mengingatmu, Jungkook-ah..”
“Nado... Jeongmal gomawo noona,” ucap Jungkook sambil menggaruk tengkuknya.
Kini semua siswa langsung memusatkan perhatian mereka kala sebuah suara berdebum terdengar. Tak jauh dari tempat mereka berdiri, terdapat sebuah panggung kecil dan beberapa peralatan sound system yang sudah tertata rapi. Oh inilah saatnya. Tradisi setelah acara corat-coret kelulusan: “Open Your Heart”. Yeah, acara ini didedikasikan untuk para hoobae yang ingin mempersembahkan atau mengungkapkan perasaannya kepada para Sunbae mereka yang akan segera pergi ke perguruan tinggi.
Yoongi, selaku MC acara Open Your Heart tahun ini langsung naik ke atas panggung.
“Annyeong haseyo yeoreubeun!” sapanya bersemangat. “Setelah melalui berbagai rintangan yang kami temukan dalam soal-soal ujian, akhirnya kami-kelas tiga-bisa lulus dengan nilai yang memuaskan. Oke, kali ini kita berjumpa lagi dengan acara tahunan kita... OPEN YOUR HEART!!! Yeay! Dan.. langsung saja untuk penampilan pertama, kita kehadiran Bambam dari kelas 10A! Give him applause...!” seru Yoongi disusul dengan Bambam yang naik ke atas panggung. Seluruh siswa yang berkumpul di sana langsung bersorak dan bertepuk tangan.
Bambam tersenyum lebar saat ia meraih microphone(bener gak sih nulisnya gini?) dari tangan Yoongi. Kemudian, ia mendekatkan mic tersebut ke bibirnya. “Before i show my heart, i’ll say Chukkhamnida for all my sunbae. Waktu terasa begitu cepat berlalu dan aku sangat berterimakasih karena sunbaenim sudah melindungi kami dan tidak membeda-bedakan kami dalam hal pergaulan. Aku... mempunyai sunbae yang selalu aku idolakan. Dia tampan dan.. rrr... menjadi incaran para yeoja...”
“Huuuuhhhh....” teriak para siswi yang mendengar penuturan Bambam. Sedangkan namja imut itu hanya tersenyum sambil sesekali menoleh ke belakang.
Tak lama kemudian, Bambam mengangkat mic-nya lagi dan mulai membuka mulut. “Aku akan menyanyikan sebuah lagu,” ungkapnya, “dan lagu ini khusus untuk sunbae yang sangat aku cintai.... Mark hyung!” serunya yang kembali mendapat sorakan dari para siswa. Mark yang duduk di pinggir lapangan bersama teman-temannya pun haya bisa nyengir-nyengir gaje. Sesekali terdengar seruan.. “Cie... Mark cie...” Oke, mungkin pipi Mark udah kayak sambel terasi sekarang. Dalam tanda kutip, BLUSHING!
Jae nae mal jal deureo nan niga joha neoui adamhan kiwa jaggo ottoghan kowa aengdu gateun geu ibsul amureon gisuldo eobsi nae ibsure geunyang gajda daego isseul...
Ttae eolmanayeppeun ji molla neomu dalkomhaeseo hal ttaemada kkamjjag nolla geureonde wae geysog neoneun niga teugbyeolhadaneun geol molla eotteon yeojal delyeowado nan neoreul golla... (ceritanya Bambam nyanyi lagu I Like You)
*Oke... SKIP*
Setelah Bambam tampil, kini giliran Jimin yang berdiri di atas panggung. Sesekali ia melirik ke arah sekumpulan penonton, mencari-cari di mana sosok Yeon Hee berada. Dan ketika sepasang mata sipitnya mengunci sosok Yeon Hee, barulah ia mengangkat microphonenya.
“Yeon Hee noona,” ujar Jimin lantang. Sesaat ia menahan napas lalu menghembuskannya perlahan. “Frankly, I’m falling in love with you at first sigh,” lanjutnya lagi yang membuat mata Yeon Hee dan siswa lain kontan membulat. Bagaimana tidak? Selama ini teman-teman Yeon Hee atau bahkan seluruh siswa tahu kalau Jimin hanyalah anak usil yang selalu mengikuti tiap gerak-gerik Yeon Hee. Tapi sekarang...?
“Mwoya!” ujar Yeon Hee sedikit kesal. “Kenapa dia berkata seperti itu, eoh? Dasar Jimin pabbo!” umpatnya tertahan.
Suara musik mulai terdengar. Jimin pun dengan tampang percaya dirinya langsung menari dengan cool*eaa* di atas panggung. Ia mendekatkan mic ke bibirnya dan ia mulai menyanyikan sebuah lagu.
Saenggak eopneun maltu eorein aedeul malgu nal gamssa ana jul
Shim shim handdae gaggeum noneun yeoja malgu naman saranghaejul
Gamanisseodo namjanomdeul Jeonhwagil naemiljiman
Jarangseureopgae nae sajineul Kkeonaebo ineun georeun girl
Girl i need a girl
Mweolhaedo eeppeun Mommaedo eeppeun
Girl i need a girl
 Baby i need u girl you need me too... *bayangin Jimin joget sambil nyanyi ini dengan gaya cool :v *
*SKIP*
Aluran keringat terlihat mengucur di pelipis Jimin. Gema suara tepuk tangan terdengar begitu hebat di lapangan sekolah. Tak bisa Yeon Hee pungkiri, ia juga terkagum-kagum dengan bakat yang baru Jimin munculkan itu.
“Geundae noona,” ucap Jimin yang masih terengah, “aku tahu aku hanyalah adik bagimu. Aku juga tidak akan memaksa noona untuk memperlakukanku layaknya seorang pria. Aku tak ingin memaksamu untuk menyukaiku juga. Oleh sebab itu, aku hanya ingin mengungkapkan sesuatu yang selama ini mengganjal di hatiku. Sesuatu yang aku yakini, aku tak akan mendengarnya juga dari bibirmu..”
“Aish, anak itu benar-benar membuatku malu,” umpat Yeon Hee pelan.
“Aku iri padamu Yeon,” ujar Sulli yang duduk di pinggir Yeon Hee.
Yeon Hee hanya membulatkan matanya ke arah Sulli, meminta penjelasan.
“Kau banyak dicintai para namja. Tapi kenapa kau tak pernah menerima salah satu dari mereka? Jongin, Sehun, Himchan, Jaehyo, Jinwon, U-kwon, Taemin, Minho, Jungkook, semuanya kau tolak. Dan sekarang, apakah Park Jimin akan kau tolak juga?” tanya Sulli setelah berorasi panjang lebar.
Yeon Hee termenung sesaat. Gadis itu menatap namja yang masih berdiri di atas stage dengan peluh yang membanjiri pelipisnya. Ya, harus Yeon Hee akui, Jimin memang cute, tampan, dan seksi... Tapi sungguh, itu hanyalah opini yang bisa diutarakan oleh siapa saja yang melihatnya sekarang. Dan untuk masalah hatinya, semuanya tetap sama. Tak ada getaran sama sekali saat Yeon Hee menatap dongsaeng kesayangannya itu. “Apakah hatiku berubah jadi batu?” rutuk Yeon Hee dalam hati.
“Noona,” kini suara Jimin terdengar menggema lagi dari alat pengeras suara. “Saranghanda...” ucapnya tegas.
Kontan semua penonton langsung menyorakki Jimin dan Yeon Hee.
“Akhirnya dia mengungkapkan perasaannya,” gumam Jungkook yang berdiri di pinggir lapangan.
Sementara Yeon Hee, ia hanya menanggapi sorakan teman-temannya dengan wajah malas. “Kau benar-benar membuatku susah Park Jimin!” umpatnya kesal.
Jimin turun dari stage dan mengembalikan microphone kepada Yoongi.
“Penampilanmu bagus sekali, Jimin. Aku tidak tahu kalau kau bisa dance sambil bernyanyi,” puji Yoongi sebelum ia naik lagi ke atas panggung.
“Ahaha, gomawo hyung. Aku hanya iseng saja,” jawab Jimin sambil menggaruk tengkuknya.
Baiklah, perasaan Jimin sudah lega sekarang. Meskipun Yeon Hee tak akan pernah membalas cintanya, tapi Jimin yakin, Yeon Hee akan selalu menyayanginya sebagai adik, sampai kapan pun. Dan mulai besok, mungkin ia tidak akan melihat sosok Yeon Hee di sekolah ini lagi. Karena Yeon Hee akan pergi... semua anak kelas tiga akan pergi untuk menggapai mimpi-mimpi mereka ke jenjang yang lebih tinggi.
“Goodbye noona... Aku akan selalu mencintaimu...”
***
@Dorm BigHit Entertaiment
“Woaa congratulation....!!!” seru Namjoon dan Jin bersamaan seraya membunyikan terompet ulangtahun. Tak lama dari itu, datanglah Taehyung dan Jungkook dari arah dapur dengan beberapa bungkus camilan berukuran besar.
“Wahhh, aku terharu!” ujar Hoseok sambil mengusap matanya.
Mereka sedang berkumpul di ruang tengah dorm mereka. Kini camilan yang dibawa Jungkook dan Taehyung sudah bertumpuk di tengah-tengah mereka yang notabenya sedang duduk di atas karpet dengan posisi melingkar. NamJin masih sibuk meniup-niup terompetnya ke arah Hoseok dan Yoongi. Sedangkan Jungkook dan Taehyung sibuk mengambil selca di antara mereka.
“Chukae! Akhirnya kalian lulus juga!” ujar Namjoon memberi selamat kepada Hoseok dan Yoongi. Ya, Hoseok dan Yoongi baru saja lulus ujian. Itu berarti, mereka sudah bebas dari yang namanya sekolah. Yang mendapat ucapan selamat pun hanya menunjukkan cengiran mereka sambil sesekali mengucapkan terimakasih.
“Gomawo, Namjoonie! Aku sangat senang karena akhirnya bisa lulus! Ahhhh aku bisa fokus menulis lagu kalau begini. Hahaha...” teriak Yoongi girang.
“Dan aku akan melatih tubuhku supaya lebih lentur! Yeayyy..” timpal Hoseok girang.
“Hyungie, apa kalian tidak berencana untuk pergi ke perguruan tinggi?” tanya Jungkook dengan puppy eyes-nya.
Hoseok dan Yoongi menggeleng bersamaan. “Untuk apa? Aku bosan belajar terus. Lagipula, aku hanya ingin kita segera debut,” suara Hoseok memelan saat ia mengucapkan kata debut.
Otomatis, semua mata langsung menatap Hoseok yang kini tertunduk. Hoseok benar. Sudah lama mereka menjadi trainee di agensi ini, tapi mereka belum debut juga. Lagipula, kenapa Bang ShiHyuk PD-nim bersikeras bahwa group mereka harus beranggotakan tujuh orang? Bukankah enam orang juga sudah cukup?
“Aku juga ingin segera debut,” ujar Yoongi. “Aku ingin menunjukkan laguku kepada dunia.”
Suasana yang tadinya ceria, kini berubah menjadi hening di ruangan tersebut. Taehyung yang biasanya cerewet, kini memilih untuk diam kalau hyungdeulnya membicarakan perihal debut. Namjoon pun mendesah pelan.
“Namjoonie, tidak bisakah kita debut enam orang saja?” tanya Jin tiba-tiba setelah keheningan menyelimuti mereka beberapa saat.
Namjoon menggeleng. “Aku sudah membicarakan hal itu kepada PD-nim, tapi kau tahu kan dia itu sangat keras kepala? Kita tidak bisa berbuat apa-apa selain menunggu keputusannya.”
“Lagipula, jika kita hanya berenam, koreografi dan posisi pun akan terlihat mainstream saat di atas panggung,” timpal Taehyung tanpa mengalihkan pandangan dari ponselnya.
Mereka semua terdiam. Jungkook merenung, Hoseok memejamkan mata, Namjoon dan Jin yang memasang pouty face, dan Taehyung yang menekuk wajahnya.
“Aha!” seru Yoongi tiba-tiba, membuat yang lain terlonjak kaget.
“Mwo?” tanya Jungkook.
“Aku akan mencoba mengajak seseorang untuk masuk ke agensi ini,” ujar Yoongi riang.
“Jinjja? Nugu?” tanya Hoseok.
“Sudahlah, besok aku akan membawanya! Ayo makan!” Yoongi pun meraih bungkus camilan dan langsung membukanya. Tak lama dari itu, suasana kembali hangat diiringi dengan tawa di antara mereka.
***
Hari ini, perkumpulan anak yang ‘masih belum debut’ itu tengah berlatih di ruang practice dance tanpa koreografer mereka. Hoseok yang telah dipilih menjadi lead dancer pun mengajarkan gerakan barunya kepada anggota yang lain. Terlihat jelas pada pantulan cermin ruang latihan, semua anggota yang tengah menggerakkan setiap inci tubuh mereka dengan gesit. Ya, semua anggota kecuali...
“Yoongi hyung eodiga?” tanya Taehyung saat mereka semua sedang istirahat.
“Molla. Saat bangun tidur tadi dia sudah tidak ada,” jawab Hoseok lalu meneguk air mineral.
“Hyung, aku takut kalau kita tidak jadi debut,” ujar Jungkook pelan. Ia duduk lalu menyandarkan punggungnya ke dinding.
“Eopseo! Kita pasti debut!” seru Namjoon. “Aku tidak mau menjadi orang terbuang lagi,” lanjutnya lirih.
“Tapi bagaimana kalau kita tidak debut juga?” tanya Jungkook maksa. Mata namja imut itu terlihat sedikit berair. “Kalau kita tidak debut, apakah aku harus kembali ke rumah dan memohon agar orang tuaku kembali bersatu? Itu tidak mungkin hyung! Itu terlalu menyakitkan! Lagipula mereka tidak akan memerdulikanku lagi! Sudah bertahun-tahun aku kabur dari rumah dan kalau aku kembali, itu sama saja menjilat ludah sendiri! Huweeee.... aku ingin mati saja!” tangis Jungkook pecah seketika. Yep, beban yang telah ia tahan selama ini akhirnya terungkap juga.
“Aish, uljima Jungkook-ah...” hibur Jin lalu meraih Jungkook ke dalam pelukannya. Para hyungdeul hanya menatap Jungkook dengan tatapan sendu. Jungkook benar. Jika mereka tidak jadi debut, apakah mereka akan kembali ke masa di mana semua cahaya seakan menghilang? Apakah mereka akan berakhir di jalanan tanpa adanya masa depan?
BRAK! Tiba-tiba pintu ruang latihan dibuka dengan kasar. Yoongi muncul dari sana dengan cengiran lebar.
“Yak! Berhenti menangis! Kita akan segera debut kok!” ujarnya tegas.
“Yak, kau dari mana saja?” tanya Namjoon.
“Naega? Ah... aku baru saja membawa seseorang yang akan menyelamatkan hidup kita!”
“Apa yang sedang dia bicarakan?” bisik Hoseok yang hanya mendapat gedikkan bahu dari Taehyung.
Yoongi menghilang dari ambang pintu ruang latihan. Tak berapa lama, ia kembali masuk ke ruang latihan dan membawa seseorang.
“Taraaaa!” ujarnya ceria sambil menunjukkan orang tersebut. Dan saat itu juga, tangis Jungkook langsung terhenti. Puppy eyesnya membulat dengan sempurna.
“Ji-Jimin?” pekik Jungkook.
Dan saat Jimin melihat Jungkook. “Yak, kenapa ada kau?”
Semua orang langsung menatap mereka berdua bergantian.
“Sialan. Doamu benar-benar terkabul Kim Taehyung!” rutuk Tae dalam hati.
***
#JiminPOV
Sudah tiga bulan aku bergabung dan menjalani masa trainee di agensi ini bersama enam orang lainnya. Tadinya aku tidak berpikir untuk menjadi seorang idol. Tapi mengingat saat Yoongi hyung datang ke rumahku sambil berlutut, aku jadi tidak tega. Lagipula, Yoongi hyung bilang bahwa aku mempunyai bakat dalam menari dan menyanyi. Dan bakatku itu muncul saat dulu aku menyanyikan lagu I Need A Girl untuk Yeon Hee noona pada hari kelulusan kelas tiga.
Bergabung bersama mereka tidaklah buruk. Mereka anak-anak gila yang asik diajak bercanda. Mereka juga sangat baik dan mampu menerima celetukan-celetukan yang keluar dari mulutku. Hhh... mereka seperti keluarga baru bagiku. Cerita-cerita tentang kehidupan mereka berhasil menyentuh hatiku. Aku baru menyadari, di balik tawa mereka selama ini, mereka menyimpan luka yang begitu dalam. Mungkin akulah yang paling beruntung di sini, karena orang tuaku masih bersatu meskipun ayah selalu sibuk mengurusi pekerjaannya.
Well, ada satu hal yang membuatku kurang nyaman berada di sini.
Jungkook.
Ya, anak ingusan itu! Aku tidak bisa berpikir jernih saat melihat kelakuannya. Seluruh sel di dalam otakku pasti langsung menanyakan hal yang sama, yaitu: ‘apakah dia seorang yaoi?’. Karena jujur, sikapnya sangat... rrr... dan sekarang pun dia sedang bermanja-manja di lengan Taehyung sambil memainkan handphonenya. Ah, kenapa di sini jadi terasa gerah? Lebih baik aku mencari udara segar saja.
“Hyungdeul, aku akan membeli minuman. Apa kalian ingin menitip sesuatu?” tanyaku sembari bangkit dari sofa. Malam ini kami sedang berkumpul di ruang tengah sambil menonton televisi.
Para hyungdeul bertanya satu sama lain. Tapi kemudian mereka menggeleng.
“Ani, aku sudah kenyang saat makan malam tadi,” jawab Jin hyung ramah.
“Oh arraseo!” aku pun hendak melangkah ke arah pintu keluar sebelum suara yang terdengar cempreng menginterupsiku.
“Tunggu!”
Jungkook. Itu suara Jungkook.
“Apakah aku boleh ikut? Aku ingin membeli eskrim,” ujarnya dengan nada riang yang tak pernah lepas.
“Ini sudah malam Jungkookie, kenapa kau ingin membeli eskrim?” tanya Taehyung. Aku mendengar nada tidak suka dalam suaranya.
“Tapi aku ingin keluar hyung. Kau tau kalau malam ini ada festival lampion di sungai Han? Aku ingin ke sana sebentar... Pasti akan sangat indah!” ujar Jungkook yang masih ceria.
Dan demi Tuhan! Apa mataku tidak salah lihat? Kenapa Jungkook.... Apa dia sedang melakukan... nggg.... aegyo?
“Ya, ya, boleh ya? Namjoonie hyung... boleh ya? Ya ya ya?”
Ya Tuhan, kenapa dia terlihat begitu... kyeopta?
“Ya sudah sana! Aku tidak tahan mendengar ocehanmu!” terdengar suara Yoongi yang kemudian terkekeh.
Jungkook pun berjingkrak ceria seraya melepas pelukannya dari lengan Taehyung. Ia berjalan mendekatiku lalu berkata, “Apa yang sedang kau lakukan? Ayo kita berangkat!”
Cih, anak itu benar-benar... Apa dia sedang memerintahku sekarang?
Aku pun pamit kepada para hyungdeul, sedangkan Jungkook, dia berjalan duluan di depanku.
“Jaga dia baik-baik Park Jimin!” ujar Taehyung, ada sebuah nada tidak suka di dalamnya. Aku pun hanya mengangguk sambil tersenyum, kemudian berlalu.
***
#AuthorPOV
Jimin dan Jungkook sudah berada di sungai Han. Saat membeli eskrim tadi, Jimin sempat menolak untuk memenuhi ajakan Jungkook. Tapi astaga, Jungkook terus memaksanya sambil mengeluarkan aegyo. Apakah dia sengaja melakukan hal itu agar Jimin mau mengantarnya? “Chh, benar-benar murahan!” umpat Jimin dalam hati.
“Oh lihat! Sudah dimulai!” pekik Jungkook riang saat ia melihat ribuan lampion yang mulai meluncur ke udara. Jimin mengikuti kemana telunjuk Jungkook mengarah. Dan benar saja, tidak jauh dari bangku yang mereka duduki, munculah ribuan lampion dengan warna yang berbeda. Dan harus Jimin akui, itu sangat indah.
Sesekali Jimin melirik ke arah Jungkook yang masih menatap lampion-lampion tersebut dengan sorotan berbinar. Eskrim yang Jungkook beli tadi masih belum habis. Jungkook kembali menyuapkan eskrim tersebut tanpa melepas pandangannya dari lampion. And damn it! Anak yang menurut Jimin ingusan itu memakan eskrim dengan belepotan. Sudut bibirnya kotor dengan krim dingin tersebut.
Entah naluri, atau mungkin Jimin lagi kesambet setan(?), namja itu pun mengulurkan jemarinya untuk menyeka sudut bibir Jungkook. Tapi sedikit lagi jarinya akan mencapai sudut bibir Jungkook, tiba-tiba saja sang empunya bibir menoleh. Dan hal itu langsung membuat Jimin gelagapan. Ia buru-buru mengalihkan pandangannya ke arah lampion sedangkan tangannya sibuk mengeluarkan sesuatu dari dalam saku jaketnya.
Dan setelah menemukan sesuatu yang ia cari, Jimin langsung melemparkannya tepat ke wajah Jungkook.
“Makanlah yang benar! Kau bukan anak kecil, kan!” umpat Jimin.
Jungkook yang mendapat lemparan saputangan di wajahnya pun langsung merengut kesal. Ia meraih saputangan itu dan menyeka sudut bibirnya. “Bisakah kau memberi tahuku secara baik-baik? Dasar... Ini, gomawo!” ketus Jungkook sambil mengembalikan saputangan itu kepada Jimin.
“Ani, kau simpan saja. Aku sudah tidak membutuhkannya.” Jimin kembali melemparkan saputangan itu ke arah Jungkook. Jungkook hanya memasang pouty face-nya. Hhh... namja di sampingnya ini memang menyebalkan!
...
Hampir tengah malam. Dan festival lampion akan segera berakhir. Keheningan begitu setia menyelimuti Jungkook dan Jimin. Entah apa yang mereka pikirkan. Tapi seseorang dari mereka merasa bahwa ‘hal ini tidak boleh cepat berakhir’.
“H-hyung.” Jimin menolehkan kepalanya. Apa yang baru saja ia dengar? Hyung?
“Aku tidak tahu kalau kau bisa menghormatiku juga,” ujar Jimin pedas, mengingat selama masa trainee Jungkook tak pernah memanggilnya dengan embel-embel hyung, melainkan dengan sebutan ‘namja bantet’.
Jungkook mendengus kesal. Ia lalu berkata, “Apakah kau begitu membenciku?”
Jimin sedikit terkejut saat mendengar pertanyaan itu. “Apa yang kau bicarakan?”
Terdengar helaan lembut napas Jungkook di tengah semilir angin malam. “Apa kau masih membenciku karena Yeon Hee noona? Sejak kau bergabung bersama agensi kami, kau bahkan tak pernah menyapaku. Bahkan, menatapku saja tak pernah. Aku tidak mengerti dengan jalan pikiranmu. Aku sudah melepaskan Yeon Hee noona karena aku tahu bahwa Yeon noona tidak mencintaiku. Dan... bukankah cintamu juga tak dibalas oleh noona? Lalu, kenapa kau masih membenciku? Bukankah tak ada lagi yang harus kita perebutkan?”
Jimin terdiam sejenak. Ia menatap wajah namja yang duduk di sampingnya dengan lekat. Namja itu masih terfokus ke arah sekumpulan lampion yang berterbangan di angkasa. Entah kenapa, tapi degupan jantung Jimin semakin tak teratur saat menatap wajah itu. Mungkinkah dia... Tidak, tidak! Jimin tidak mungkin menyukai Jungkook. Tapi duduk di sampingnya seperti ini, kenapa Jimin merasa... nyaman?
“Hyung!” Lamunan Jimin buyar. Ia segera mengalihkan pandangannya ke arah lain.
“Kau benar-benar membenciku, ya?” tuntut Jungkook. Jimin hanya menghela napasnya kasar lalu bangkit dari duduknya.
“Sudahlah, ayo pulang! Para hyungdeul pasti sangat mengkhawatirkan kita.” Jimin berjalan cepat meninggalkan Jungkook yang masih mengerutkan bibirnya.
“Apa-apaan dia? Apa dia benar-benar membenciku? Aigo...”
.
.
.
.TBC~

0 komentar:

Posting Komentar

 
©Suzanne Woolcott sw3740 Tema diseñado por: compartidisimo