WAE HYUNG?
Jungkook’s Diary
.
Aku
tidak tahu kenapa aku bisa bersikap seperti ini. Tapi hyung... tidak bisakah
kau kembali seperti dulu?
.
Menjadi
seorang idol memang bukanlah sesuatu yang mudah. Tapi, hal itu juga merupakan
sesuatu yang menyenangkan. Karena dengan menjadi idol dalam sebuah group yang
bernama BTS ini, aku bisa mendengar teriakkan setiap orang saat memanggil
namaku. Aku senang saat para army berteriak, memberi support, atau hal apa pun
yang mereka lakukan demi aku dan para hyungdeul. Dan sebagai balasannya,
kami-anggota BTS-juga harus memberikan yang terbaik kepada para army.
Termasuk... memberikan fan service sesuai dengan permintaan mereka.
Seperti
biasa, aku duduk di samping Jimin hyung. Sedang di samping kiriku ada Suga
hyung. Wahh... fans meeting kali ini benar-benar menakjubkan. Aku rasa, semakin
hari army semakin bertambah, ya?
Aku
menyalami setiap fans, memberikan senyuman terbaikku, menanyakan nama mereka,
menerima hadiah dari mereka, dan membubuhkan tanda tangan di atas cover album
terbaru kami dengan hits yang-menurutku hebat-, yaitu lagu I Need U. Para Army
juga sesekali memintaku untuk melakukan aegyo. Ugh, aku tidak bisa
melakukannya! Tolong jangan suruh aku melakukan hal itu lagi, itu menggelikan!
(Walaupun sebenarnya aku selalu melakukan aegyo tanpa aku sadari). Dan inilah
sesuatu yang paling aku suka saat fans meeting. Selca! Tak jarang banyak army
yang memintaku untuk berselca dengan... ehm... Jimin hyung. Oh ayolah, aku akan
dengan senang hati menuruti permintaan tersebut.
“Jungkook
oppa, selca bersama Jimin oppa juseyoo~~” ujar seorang Army. Aku segera melirik
ke kanan, tempat di mana Jimin hyung duduk.
“Hyung,
kajja!” ujarku ceria, aku tak ingin mengecewakan army... dan tak ingin
mengecewakan perasaanku sendiri.
“Mwo?”
tanya Jimin hyung dengan ekspresi bingung. Oh, pantas saja, dia baru selesai
mengobrol dengan Namjoon hyung yang duduk di sebelahnya.
“Army
meminta kita untuk selca bersama,” jawabku lagi. Tak lupa, aku masih memasang
senyuman terbaikku-untuk army.
“Ah,
baiklah...” jawab Jimin hyung menyetujui. Lengan kirinya langsung merangkul
bahuku, sedang jemari kanannya membentuk V sign. Aku pun tersenyum lebar sambil
melakukan V sign dengan jemari kiriku. Dan seperti biasa, jantungku berdegup
tak karuan. Oh God.
JEPRET!
*ceritanya difoto sama army*
“MinYoon
couple!!! Kajja selca juseyoo~~!” tiba-tiba terdengar teriakkan lagi.
Apa?
MinYoon couple? Aku tidak salah dengar kan?
Jimin
hyung dengan cengiran khasnya langsung melepaskan rangkulannya dari bahuku. Dan
ia buru-buru bangkit dari kursi duduknya dan langsung mengalungkan kedua
tangannya di bahu Suga hyung. Sontak, semua MinYoon shipper langsung berteriak
histeris kala itu. Dan aku? Aku hanya bisa tersenyum, meskipun aku sama-sama
ingin berteriak, memaki perasaanku yang seperti ini.
Wae hyung...? Wae?
***
“Jungkook-ah,
kau tidak akan makan?” Jin hyung menyembulkan kepalanya dari balik pintu
kamarku. Mataku yang sedari tadi menatap layar laptop pun harus beralih barang
sejenak.
“Ani
hyung. Aku tidak lapar,” jawabku pelan lalu mengulaskan seutas senyum. Jin
hyung pun hanya mengangguk-anggukkan kepalanya lalu kembali menghilang dari
balik pintu.
Hhh...
aku kembali menatap monitor laptopku. Aku baru saja melihat-lihat fanspage atau
forum yang dibuat army di berbagai macam sosmed. Di fanspage tersebut, para
army terbiasa memposting apa pun tentang kami. Fakta, berita, bahkan foto-foto
yang kami upload di twitter pun mereka upload lagi di fanspage tersebut.
Tapi... ada beberapa foto yang membuatku kesal sampai kehilangan nafsu makan.
Pertama:
foto Jimin hyung dan Suga hyung. Ugh, mereka terlihat manis saat bersama.
Kedua:
foto saat Jimin hyung memeluk V hyung. Chh... kenapa ekspresinya seperti itu?
Dan
ketiga: foto di mana Jimin hyung dan Hopie hyung berpelukan. Arrrgghhhh.... haruskah
mereka melakukan itu semua?
Aku
segera mengclose halaman fanspage tersebut dan mengembalikan laptopku dalam tampilan
desktop. Ah, benar-benar merusak mood! Kenapa army tega melakukannya, eoh?
Kenapa tiba-tiba mereka mengcouplekan Jimin hyung dengan semua orang? Wae?
MinYoon couple, Vmin couple, JinMin couple, HoMin(?) couple, NamMin(?)
couple... Apakah KookMin couple sudah tamat di mata mereka? Tidakkah mereka
tahu bahwa aku adalah maknae yang paling dicintainya?
Argh!
Kenapa kau jadi sensitif seperti ini Jungkook-ssi? Apa salahnya dengan
couple-couplean seperti itu? Army kan hanya bersenang-senang! Dan juga, apa
yang kau pikirkan tadi? Kau adalah maknae yang paling dicintainya?
Dicintainyaaaa?
“Mm...
ya. Mungkin dahulu,” gumamku pelan. Aku benar-benar tidak tahu kenapa
perasaanku jadi seperti ini. Mataku terpejam. Aku tidak ingin menangis lagi.
Seberkas memori tentang Jimin hyung kembali berputar di kepalaku. Tidak
Jungkook! Kenapa kau harus mengingatnya lagi?
“Jungkookie is mine...”
“If i have a holiday, i’ll date
with Jungkook...”
“Live together with me...!”
“Saengilchukkae Jeon Jeonggukie.
Please accept my love...”
“Annyeong haseyo. I’m
Maknae(Jungkook) lover...”
Q: Jika kau menjadi seorang
gadis, kau ingin berpacaran dengan siapa?
JM: I choose Jungkook...
“I’ll not go to the island
without occupants, not with others. Just with you, Jungkook...”
***
“Jungkook-ah,
wae geurae?”
Aku
menolehkan kepalaku ke arah V hyung yang duduk di sebelahku. Kami sedang berada
di dalam van. Kami baru saja pulang setelah tampil di sebuah acara musik
ternama di Korea.
“Hm?
Nan gwaenchana hyung,” jawabku pelan, sambil tersenyum simpul. Aku kembali
menatap bahu jalan, sedangkan member lain masih asyik dengan canda dan tawaan
mereka. Aku benar-benar tidak mood untuk bercanda. Sungguh!
“Kookie-ah,
kau kenapa? Tak biasanya kau jadi pendiam seperti ini!” ujar J-Hope hyung yang
duduk di belakangku.
“Aku
baik-baik saja, hyung. Aku hanya lelah.” Kali ini aku menjawab tanpa
memalingkan pandanganku sedikit pun dari sisi jalan.
“Oh,
beristirahatlah!” seru J-Hope hyung lalu kembali bercanda dengan member lain.
Sesekali terdengar tawaan mengganggu yang menusuk telingaku. Tawaan V hyung,
RapMon hyung, Jin hyung, Suga hyung, J-Hope hyung, dan... Jimin hyung! Ia
tertawa dengan suara paling keras dari yang lainnya. Hhh... apakah dia tidak
memedulikanku? Apakah dia tidak menyadari perubahan sikapku yang akhir-akhir
ini lebih banyak diam? Ah... sudahlah Jungkook! Lebih baik kau tidur! Tapi aku
tidak bisa memungkiri rasa penasaranku. Kenapa Jimin hyung jadi seperti itu?
Kenapa dia tak memerdulikanku?
Wae hyung?
.
Aku
tidak tahu berapa lama aku tertidur di dalam van. Kurasa, perjalanan menuju
dorm kami masih jauh. Dan ah, ada sesuatu yang mengusikku! Apakah ada yang
menurunkan suhunya? Apakah ini sudah musim salju? Kenapa aku merasa kedinginan
dan... menggigil?
Samar-samar,
kudengar suara berisik para member yang entah sedang membicarakan apa. Tapi
beberapa detik kemudian, aku merasakan ada sesuatu yang menempel di dahiku.
Sebuah tangan! Lebih tepatnya... telapak tangan. Tapi, milik siapa?
“Yak,
dia deman! Jungkook demam!”
Kali
ini pendengaranku kembali memulih. Suara V hyung. Mataku yang belum terbuka
dengan sempurna menangkap sosoknya yang terlihat panik saat mengatakan hal
tersebut. Benarkah ini? Apakah aku demam? Ah, mungkin dia benar, karena
sekarang aku merasakan pusing yang menyerang kepalaku. Pandanganku kembali
kabur. Dan saat ini yang bisa kurasakan adalah hanya hawa dingin yang
menyelimuti. Samar-samar, kudengar sebuah suara yang tak kalah paniknya.
“PD-nim,
cepat pergi ke apotek! Kita harus membeli bye bye fever(?) untuk uri
Jungkookie! Ppali... dia terkena demam...!”
Dan
setelah suara itu berakhir, berakhir pulalah kesadaranku.
***
Aku
mengerjapkan mataku beberapa kali. Argh, rasa pening yang menyerang kepalaku
tadi kini sudah agak mendingan. Dan sekarang, aku sudah tidak merasa kedinginan
lagi. Perlahan tapi pasti, kelopak mataku mulai terbuka dengan sempurna.
Sesaat, aku masih termenung. Dan sedetik berikutnya, aku menyadari satu hal.
Aku sudah berada di dalam kamar!
“Kau
sudah merasa baikan Kookie-ah?”
Aku
terhenyak dan langsung mengalihkan pandanganku ke samping. Jimin hyung? Kenapa
dia berada di sini?
Jimin
hyung menempelkan telapak tangannya di dahiku. “Syukurlah, demammu sudah turun.
Semua member sangat mengkhawatirkanmu Kookie-ya...”
Aku
mendengar sebuah nada ketulusan di sana. Nada ketulusan yang sudah lama tidak
kudengar. Dan sorot mata itu, sorot mata saat Jimin hyung mengkhawatirkanku...
“Apa
kau mau makan? Jin hyung sudah membuatkan bubur untukmu. Kudengar dari kemarin
kau tidak makan Kookie... Apa kau sedang diet?”
Pertanyaan
Jimin hyung tersebut membuat sudut bibirku terangkat. Ah, aku benar-benar rindu
dengan perhatiannya ini.
“Aku
tidak apa-apa hyung,” jawabku pelan sembari menyuguhkan seulas senyum. Melihat
raut wajahnya yang masih khawatir, aku pun meraih telapak tangannya yang berada
di keningku, dan menggenggamnya dengan erat. “Tolong temani aku di sini. Itu
sudah cukup,” lanjutku lagi.
Kulihat
bibir Jimin hyung menyunggingkan senyuman. Ia mengeratkan genggaman tanganku
dalam telapak tangannya. Lalu telapak tangannya yang lain mengusap pucuk
kepalaku dengan lembut.
“Tidurlah.
Aku akan selalu ada di sisimu,” bisiknya. Aku pun hanya bisa mengangguk dan
kembali memejamkan mata. Aku hanya berharap, apa yang sedang aku alami ini
bukanlah sebuah mimpi. Dan jika ini mimpi, tolong jangan bangunkan aku, Tuhan.
Karena aku ingin selalu bersamanya, dan selalu ada di sampingnya...
***
Morning
light! Aku memicingkan mataku saat cahaya mentari menggelitik dari balik tirai.
Ah, aku merasa baik sekarang. Tapi ada satu hal yang kurang. Aku lapar! Suara
gemuruh dari dalam perutku menandakan bahwa aku harus segera mengisinya. Tapi
aku tidak mungkin turun ke meja makan dengan penampilan kucel dan bau obat
seperti ini. Jadi aku memutuskan untuk pergi ke kamar mandi dan membersihkan
diri terlebih dahulu. Dan soal Jimin hyung...? Apakah dia benar-benar
menemaniku tadi malam? Tapi, kenapa dia tidak ada di sini? Apakah dia sudah
bangun dari tadi? Atau mungkin... kejadian kemarin malam itu hanya mimpi? Ah...
molla! Kenapa kau terus memikirkannya Jeon Jungkook? Wae?
***
“Jimin
hyung?” aku hampir terloncat kaget saat melihat Jimin hyung yang duduk
berselonjor di atas tempat tidurku. Laptopku berada di pangkuannya. Aku yang
baru keluar dari kamar mandi tentu saja sangat terkejut dengan kehadiran
sesosok makhluk tak berbentuk ciptaan Tuhan yang sangat aku kagumi itu.
Untung sehabis mandi tadi aku langsung memakai pakaian. Coba kalau aku keluar
kamar mandi dalam keadaan naked? Apa yang akan terjadi? Oh Tuhan, aku bisa mati
mematung saat itu juga.
“H-hai
Jungkookie!” sapa Jimin hyung dengan senyuman lebar yang menghiasi wajahnya. Ia
meletakkan laptopku di pinggirnya lalu meraih nampan berisikan sebuah mangkok
di atas meja nakas. “Aku membawakanmu bubur. Tadi semua member sudah mengecek
ke sini, tapi kau masih tidur. Dan saat aku kemari, ternyata kau sedang mandi,”
tuturnya panjang lebar.
Aku
menggosok-gosok rambutku dengan handuk kecil yang tersampir di bahu. “Ah,
mianhae hyung. Aku sudah membuat kalian khawatir.”
“Gwaenchana...
Aku senang kau sudah membaik. Ige, ayo makan buburnya!”
“Ah,
baiklah.”
Aku
pun duduk di samping Jimin hyung dan menatap bubur dengan sorotan berbinar. Aku
benar-benar lapar! Dan yang membuatku terkejut adalah, Jimin hyung tiba-tiba
menyodorkan sesendok bubur ke arahku.
“Buka
mulutmu... aaa...” ujarnya lucu. Haha, aku tak bisa menyembunyikan senyumanku.
Akhirnya aku pun menerima suapan dari Jimin hyung. Dan ketika dia hendak
menyuapkan sesendok lagi, aku buru-buru meraih sendok dan mangkuk bubur di
tangannya. Aku tidak mau pipiku memerah karena perlakuannya u,u
“Aku
bukan anak kecil, hyung!” ujarku sambil mempoutkan bibir. “Aku bisa makan
sendiri!” lanjutku lagi lalu meneruskan acara memakan buburku. Ah, it’s
delicious! Jin hyung memang sangat pintar memasak! Kenapa dia tidak menjadi
koki saja, ya?
“Arra,”
ujar Jimin hyung, “makanlah dengan baik, ne! Kau kelihatan lapar sekali!”
lanjutnya sambil sesekali membetulkan surai hitam yang jatuh menutupi dahiku.
Aku
hanya tersenyum lebar sambil terus memakan buburku. Gomawo Jimin hyung... I
think you are already back...
...
Jimin
hyung memberikanku segelas air putih saat aku selesai memakan bubur. Aku pun
dengan senang hati menerimanya dan menyimpan mangkuk kosong tersebut ke atas
nakas.
“Gomawo
hyung,” ujarku ceria setelah selesai meneguk air. Jimin hyung hanya tersenyum
lalu meraih gelas dari tanganku dan meletakkannya kembali di atas nakas.
“Jungkook-ah,
ada sesuatu yang ingin aku bicarakan padamu.”
“Wae?”
tanyaku sambil membulatkan mata.
“Tadi
aku memainkan laptopmu-”
“Lalu?”
tanyaku lagi.
“Aku
melihat folder-foldermu...,” lanjutnya. Ish, Jimin hyung bertele-tele. Aku pun
hanya memasang raut penasaranku.
“...dan...
aku melihat folder dengan nama... Jungkook’s diary.”
“Apa?”
Suaraku terdengar begitu tercekat saat mendengar penuturan Jimin hyung.
Bagaimana tidak? Jungkook’s diary... folderku... itu folder isi hatiku...!
“Ahaha,
benarkah? Tapi aku yakin kau tidak akan bisa membukanya, aku sudah memproteknya
dengan password!” jawabku sambil tertawa garing.
“Tidak,”
sela Jimin hyung cepat. “Aku membukanya!”
“M-mwo?”
tawaku terhenti saat itu juga.
“Aku
bilang aku membukanya!”
“Ta-tapi,
bagaimana bisa? Kau bercanda, ya?” tanyaku sedikit bergurau. Ini tidak mungkin.
Aku sudah melindungi folder itu dengan password. Itu adalah folder di mana aku
menuliskan semua curahan hatiku mengenai... errr... Jimin hyung selama ini. Aku
menuliskan apa pun di sana. Rasa sayangku, rasa iriku, rasa cemburuku terhadap
Jimin hyung, dan rasa kekecewaan yang aku alami ketika aku menyadari adanya
perubahan dalam sikapnya. Oh Tuhan, lindungilah folder tak berdosa itu...
Jimin
hyung terlihat menghela napasnya dengan kasar. Sesekali ia memalingkan wajahnya
ke arah lain. “Park Jimin!”
“Wae?”
tanyaku bingung.
“Passwordnya...
Park Jimin, kan?”
“Be-benar,
tapi... MWO? KAU BERHASIL MEMBUKANYA? KAU MENGETAHUI PASSWORDNYA? OH TIDAK, INI
BURUK! APA KAU MEMBACA SEMUANYA HYUNG? YA AMPUN! BUKAN AKU YANG MEMBUAT FOLDER
ITU, SUNGGUH! FOLDER ITU SUDAH ADA DI DALAM LAPTOPKU SAAT AKU PERTAMA KALI
MEMBELINYA...!”
Pletak!
Sebuah jitakan berhasil mendarat di kepalaku. Aku meringis kesakitan sambil
mengusap-usap bekas jitakan Jimin hyung tadi. Ah, aku benar-benar malu
sekarang. Apa yang harus aku lakukan? Kenapa di sini jadi panas, sih? Siapa
yang mematikan AC-nya?
“Bahkan
di saat seperti ini pun kau masih bisa mengelak!” seru Jimin hyung cemberut.
“A-apa
maksudmu?” tanyaku ragu. Ya, mungkin Jimin hyung benar. Aku pandai berdalih.
Ah, damn with my mouth then!
Deg.
Tiba-tiba tubuhku mematung. Sesaat aku tak bisa merasakan degupan jantungku.
Aku... aku...
“Mianhae.
Seharusnya aku tidak bersikap seperti itu padamu.”
“Jimin
hyung,” lirihku saat mendengar bisikkan Jimin hyung di samping kepalaku.
Refleks, aku mengeratkan dekapannya dan menyembunyikan wajahku di bahunya. Aku
yakin, wajahku sudah memerah.
“Aku
membaca semuanya Jungkook-ah. Tadinya aku hanya iseng saja menggunakan namaku,
dan ternyata kebuka. Mianhae...”
Aku
hanya bisa terus bersembunyi dalam bahunya. Aku terlalu malu untuk menatap
Jimin hyung. Lagian aku terlalu bodoh, sih! Seharusnya aku tidak menggunakan
kata sandi “Park Jimin”. Seharusnya aku menggunakan kode yang lebih susah dari
itu. Ah... Jungkook pabboya!
“I
already fell in love with you at first sight. And my feeling will be same even
i live one hundred years again. Saranghae Kookieya. Aku sengaja menjaga jarak
denganmu karena kau selalu bersikap cuek padaku. Tapi saat membaca diarymu, aku
tahu kau tersiksa dengan sikapku yang seperti itu. Mianhae Kookieya. Percayalah,
aku akan selalu ada di sampingmu. Dan aku janji, aku tak akan terlalu dekat
dengan member lain.”
“Ji-jinjja?”
aku tak bisa menyembunyikan getaran yang menghinggapi suaraku. Ah, benarkah
ini? Jimin hyung sudah kembali?
Aku
menatap Jimin hyung dengan ceria. Perasaan haru tiba-tiba menggelayuti hatiku
dan membuat mataku terasa panas. Ah, tidak. Jangan menangis Jungkook-ah! Kau
cengeng sekali!
“Aigoo,
kau menangis eoh?” tanya Jimin hyung saat kurasakan sebutir cairan jatuh dari
mataku.
“A-ani!
Aku hanya kelilipan!” dalihku sambil mengusap air mata dengan kasar.
“Haha..
Kenapa kau selalu mengelak seperti itu Jungkook-ah? Kau lucu sekali! Haha...”
“Yak!
Berhenti menertawakanku!” ujarku ketus. Tapi tawa Jimin hyung malah semakin
keras. “Babbo!” umpatku tertahan.
“Mwo?
Kau mengataiku babbo? Aish.., this punk!”
“Haha...
Mianhae mianhae...” Kini giliranku yang menertawakannya. Hhh... sudah lama aku
tidak bercanda seperti ini dengan Jimin hyung.
“O
iya, Jungkook-ah. Lebih baik kau jangan terkena demam lagi!” saran Jimin hyung.
“Memangnya
kenapa? Lagi pula aku tidak menginginkan penyakit itu kok!”
“Hm,
baguslah. Asal kau tahu, saat kau terkena demam kau selalu memanggil namaku!”
“Mwo?
Mana mungkin!” sanggahku cepat.
“Seriously!
Aku tidak tahu ternyata kau benar-benar mencintaiku. Hahaahahaa...” Jimin hyung
kembali tertawa.
“Yak!
Stop laughing hyung!”
Grep!
Tiba-tiba Jimin hyung memelukku lagi sambil tertawa.
“You’re
only mine Jungkookie~~ Haha. Give this hyung a ppoppo...”
“Huaaaa
andwae~~~! Menjauhlah dariku hyung! Dasar kau bantet!”
~FIN~
10 komentar:
hi chingu..... os na keren ak sll suka liat kookie mnta prhatian dr jimin ^ ^ keren bkin ff jikook couple lg donk! oya ff still dancing lanjutin lg ya anyoeng!!!
hoho, akhirnya ada yg komen juga :v gumawo ne udah mampir ke blog ini... #ketcup^^ oke insyaallah bakal saya lanjutin^^ Last word, gomawo ne chingu...^^
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Jikook... <3 ^^ aq terharu bacanya, bagus bgt chingu
ditunggu ff jikook yg lainnya ^^
aaa gomawo chingu, aku juga terharu ada yang ngomen omaigaaad :'( *lapingus*
Wah bagus, next ff Jikook couple ditunggu^^. Fighting!!
Wah bagus, next ff Jikook couple ditunggu^^. Fighting!!
aaa gomawo udah baca chingu~~^^
Best bangat
hallo fifaa^^ gomawo udah baca nde^^)/
Posting Komentar