The
Last Day!
.
Hello
guys, ketemu lagi sama gue makhluk Tuhan keturunan Buzz Lightyear yang
bercita-cita pengen bisa terbang ini...*plak*
Di
malam 26 November 2015 yang krik-krik ini, seperti biasa, gue masih duduk manis
di depan laptop. By the way, gue pernah curhat di postingan yang “The Day” tentang
gue yang dikasih tugas buat ngajar anak diniyyah. Well, dan inilah akhir dari
tugas gue. Masih pada inget, kan, kalau gue disuruh ngajar cuma lima pertemuan
doang? Nah, dan ini adalah pertemuan yang kelima! Yup! Pas 18 November ini adalah akhir di mana
gue bakal bersenda gurau, berpidato dan berceramah di depan anak-anak
overaktif, bawel, cerdas dan ngangenin ini! Overall, I really love you
guyssssss!!!!!!!!!!*emotlope*
Gue
dipartnerin sama Fitriyani Nursyifa buat ngajar di kelas 5A. As you know, for
the first time we didn’t know anything about childrens who would get the lesson
from us. And now, we know that although they’re very overactive and hyper too,
but they’re really charming. Funny boys, charming girls, it’s so complete! It’s
remembered me to my childhood. I miss that time!
Oke
guys, for the first day ... gue deg-degan setengah mati. Tangan gue gemeteran,
tenggorokkan gue kering, gue gak bisa diri dan akhirnya gue mencret-mencret di
kelas. Oh tidak, itu ngarang banget! Truly, I got nervous! Pas gue sama Olip
masuk kelas, Olip keliatan biasa-biasa aja dan siap buat bertempur dengan
musuh. Sedangkan gue? Megang senjata aja gemeteran! >,<
Singkatnya,
gue yang ngajar pertama dan gue nyampein materi Bahasa Arab tentang ghurfatul
juluus. So what? What happened after I entered the classroom? I think, they was
very welcoming guys, easy going, so ... itu bisa mengurangi kesetressan dan
kefrustasian gue. Then, gue akhirnya ngajar dan nyampein materi dengan cara
ceramah. Sumpah! It was boring! Flat! Unexpected teacher!*lol*
Gue
bingung apa yang harus gue sampein, soalnya mereka udah pada pinter-pinter
ngejawab pertanyaan dari gue. By the way, gue ngajarnya cuma sejam pelajaran.
Itu tuh sekitar tiga puluh menitan. Dan selama tiga puluh menit itu gue ngerasa
kek patung pancoran yang baru belajar berjalan.
Untuk
pertemuan-pertemuan berikutnya, gue mencoba mengevaluasi diri supaya cara
ngajar gue gak boring lagi. Dan akhirnya, gue sama Olip pun menyelipkan
embel-embel games dan reward di sela-sela pelajaran. Hasilnya, It’s so amazing!
Mereka responnya lebih positif, terus ke kitanya juga jadi ngerasa kalau kita
itu dibutuhkan*lol*.
Yeah
... dan di hari terakhir tadi, alhamdulillahnya anak-anak 5A udah pada mulai
terbuka. Yang biasanya kalau ada guru, mereka diem, tapi kalau ada kita ...
mereka jadi gak betah buat duduk di bangku masing-masing.
Acara
di The Last Day tadi, seperti biasa gue mulai ngajar jam setengah tiga. Dan gue
pun berusaha untuk ngajar se-fit mungkin dan se-charming mungkin. Dan cerdiknya
nih, gue juga meminta sebuah permintaan terakhir ke mereka (supaya gue gak
capek-capek ceramah), yaitu mereka harus ngedemonstrasiin Arabic Conversation
tentang ghurfatul juluus. And ... tugas kayak gitu kejam gak sih? Soalnya gue
juga minta mereka praktekkinnya di depan kelas, dua orang-dua orang, dan harus
dihafal dalam waktu singkat. Well, kalau menurut gue sih itu gak terlalu kejam
ya? Gue kan ibu peri(yang HP-nya keseseb di sawah). Soalnya, meskipun percakapan
itu dikit banget dan waktunya singkat, tapi gue yakin kalau kekuatan mereka
mampu mengalahkan situasi yang serba kepepet itu.
Akhirnya,
semua siswa pun berhasil membawakan percakapan di depan kelas*tepatnya depan
gue*. Menurut analisis gue nih, anak-anak putri lebih cepet ngapalin daripada
anak-anak putra. Terus putri ngebawain percakapannya juga lebih lancar. I
think, cewek itu berkembang pesat di umur segituan deh. Kalau untuk umur
selanjutnya ... I don’t know. Tapi katanya ingatan cowok itu lebih kuat*iya gak
sih?*.
Intinya,
mereka yang udah selesai percakapan pun gue kasih nilai dan gue kasih reward.
Setelah bagian gue abis, baru deh giliran Olip yang ngajar. Olip ngajarnya
pelajaran Qur’an. Qur’an itu mata pelajaran yang mempelajari cara pembacaan
Al-Qur’an yang sesuai dengan lagam bayati, maknanya, tajwidnya, asbabun nujulnya,
pokoknya semuanya....
For
last, kita foto-foto sama anak 5A. Dan yang bikin gue gak bisa berkata-kata
adalah ... ada anak yang bawa SLR, tab, dan hp. Gue be like “What the ...” Gue
sama Olip aja gak ngemodal apa-apa buat sesi foto. Kita cuman minjem kamera ke
temen. Dan itu kamera digital biasa. Oh My God!
I
think nowadays, childrens are more update than us. Gue ngerasa jadi remaja yang
gagal kalau gini jadinyaaaa u,u
Tapi
gapapa. Tujuan gue ngajar adalah untuk memenuhi tugas yang diberikan sama sekolah.
Selain itu, setelah gue ngajar dan berdiri di depan mereka ... gue ngerasa
kalau tugas guru itu bukan hanya menyampaikan materi, bikin soal, terus
ngenilai dan marah-marah kalau nilai anak didiknya jelek. IT’S SO BIG NO! Guru
juga harus jadi TEMAN untuk anak-anak didiknya. Bisa diajak ngobrol bareng,
curhat bareng, foto bareng, bercanda bareng ... meskipun kebanyakan orang
bilang bahwa anak kecil bersikap kayak gitu adalah hal yang gak sopan, tapi itu
menurut gue sangat penting untuk perkembangan mental si anak. Kenapa?
Karena
kalau kita selalu membuka pintu buat anak didik kita, mereka pun bakal ngerasa
bahwa “Gue dibutuhin, nih!” atau “Gue punya hutang sama guru gue, makanya gue
harus belajar yang bener!”. Secara gak langsung, sikap adil dan gak adil,
takaran kasih sayang, dan welcome gak welcomenya seorang guru itu memengaruhi pola
pikir anak. Iya gak sih? Setuju gak sih? Atau ini cuma pemikiran gue doang?
Yang
jelas, guru itu gak perlu marah-marah hanya demi membuat anak didik mereka
nurut. Tegas sih harus, tapi jangan sampai menimbulkan kesan negatif di hati si
anak. Terus nih, anak diniyah pasti bakal ngerasa panas kan kalau ada guru yang
objektif? Nah, yang gue suka dari mereka adalah mereka itu JUJUR. Mereka selalu
ngungkapin ketidaknyamanan yang ada dalam hati mereka. Contohnya, waktu itu kan
ada tes ya ... misalkan gue ngasih nilai 9 ke si A, sedangkan si B dapet poin
10. Otomatis si A panas dan bilang ke gue ... ih teteh mah pilih kasih!
Oh
tidak sayang, gue gak pilih kasih ... itu udah ketentuan dan kriteria penilaian
gue L tapi gue suka
sama anak yang kayak begitu. Soalnya itu menunjukkan bahwa mereka mempunyai
ambisi dan ingin jadi lebih baik lagi. Dan oh, I forget something! Sikap guru
juga bakal jadi bahan obrolan anak didiknya, lho. Gimana cara guru itu ngajar,
gimana personality-nya, terus gimana sikapnya di kelas. Well, guru yang sering
keluar kelas, atau yang sering marah-marah, atau juga yang sering main HP di
depan anak didiknya, itu bener-bener BIG BIG NO!
Hello~~~
teachers!
Are
you tired to teach them? Or what? Sikap guru yang kayak begitu bisa menumbuhkan
potensi negatif pada anak sehingga anak juga akan ngikutin apa yang gurunya
lakukan. Keluar masuk kelas, marah-marah sama temen, gelut di kelas, atau
sampai gak merhatiin pelajaran gara-gara main HP, itu semua disebabkan oleh
siapa kalau bukan oleh yang mengajarkannya? Iya sih, anak gak cuma diajarin
sama guru. Tapi sungguh lho, pengaruh orangtua itu hanya beberapa persen
dibanding dengan pengaruh guru.
Well,
I hope all teachers in Indonesia will be better and can teach us with the best
quality of the matey and personality. Teachers must be profesional! Not
emosional! Apalagi kalau sampai self-center. IT’S SO BIG NO!
I
think it’s enough for me to cuap-cuap here. Gue bakal kangen banget sama kalian
anak-anak kelas 5A dan Olip juga~^^ Kalau Allah ngijinin, insyaallah kita bakal
ketemu lagi dalam sebuah kelas yang berbeda, jenjang yang berbeda, pelajaran
yang berbeda, namun dengan orang-orang yang sama. Thankyou for your attention
since five days, and let’s create the world with your magic mind!
Salam~
0 komentar:
Posting Komentar